A. Tujuan Umum
Pengolahan tanah dalam usaha budidaya
pertanian bertujuan untuk menciptakan keadaan tanah olah yang siap tanam
baik secara fisis, kemis, maupun biologis, sehingga tanaman yang
dibudidayakan akan tumbuh dengan baik. Pengolahan tanah terutama akan
memperbaiki secara fisis, perbaikan kemis dan biologis terjadi secara
tidak langsung.
Kegiatan pengolahan tanah dibagi ke
dalam dua tahap, yaitu: (1) Pengolahan tanah pertama (pembajakan), dan
(2) Pengolahan tanah kedua (penggaruan). Dalam pengolahan tanah pertama,
tanah dipotong, kemudian dibalik agar sisa tanaman dan gulma yang ada
di permukaan tanah terpotong dan terbenam. Kedalaman pemotongan dan
pembalikan tanah umumnya antara 15 sampai 20 cm. Pengolahan tanah kedua,
bertujuan menghancurkan bongkah tanah hasil pengolahan tanah pertama
yang besar menjad lebih kecil dan sisa tanaman dan gulma yang terbenam
dipotong lagi menjadi lebih halus sehingga akan mempercepat proses
pembusukan.
B. Pengolahan Tanah
B.1. Keuntungan
Salah satu keuntungan dari pengolahan
secara mekanis adalah dapat dilakukan dengan lebih cepat, sehingga dapat
memperpendek waktu yang diperlukan dalam budidaya secara keseluruhan.
Adapun beberapa keuntungan pengolahan tanah secara mekanis adalah
sebagai berikut :
B.1.1. Keuntungan Teknis
Pekerjaan pengolahan
tanah memerlukan tenaga yang sangat besar, sehingga dibutuhkan banyak
tenaga kerja. Dengan tenaga yang besar, yang dimiliki per alatan
mekanis, pekerjaan yang berat akan dengan mudah dikerjakan. Hasil
pengolahan tanah secara mekanis dapat lebih dalam.
B.1.2. Keuntungan Ekonomis
Berdasarkan hasil
penelitian (di Pulau Jawa), biaya pengolahan tanah per hektar dengan
traktor akan lebih murah dibandingkan dengan menggunakan tenaga manusia
maupun hewan. Penurunan biaya pengolahan tanah ini tentunya akan
meningkatkan keuntungan para petani.
B.1. 3. Keuntungan Waktu
Dengan tenaga yang
cukup besar, tentunya pengolahan tanah yang dilakukan secara mekanis
akan lebih cepat. Dengan cepatnya waktu pengolahan tanah, akan
mempercepat pula proses budidaya secara keseluruhan. Untuk beberapa
tanaman yang berumur pendek, sisa waktu yang tersedia ini dapat
digunakan untuk melakukan budidaya lagi.
B.3. Mengkondisikan Lahan
Salah satu
keuntungan dari pengolahan secara mekanis adalah dapat dilakukan dengan
lebih cepat, sehingga dapat memperpendek waktu yang diperlukan dalam
budidaya secara keseluruhan. Dalam mengolah tanah secara mekanis, lahan
yang akan diolah harus dikondisikan terlebih dahulu sehingga siap untuk
diolah. Ada beberapa hal yang perlu disiapkan agar lahan siap untuk
diolah secara mekanis, yaitu :
1. Topografi (kenampakan permukaan lahan)
Traktor dapat
bekerja pada lahan dengan topografi yang terbatas. Untuk traktor tangan
sebaiknya jangan melebihi 30°. Apabila lahan terlalu miring, traktor
bisa terguling. Lahan yang bergelombang juga akan berpengaruh terhadap
hasil pengolahan. Sebaiknya lahan yang demikian dibuat berteras sehingga
lahan bisa memenuhi syarat untuk diolah secara mekanis. Selain itu,
traktor sebagai kendaraan beroda, memerlukan jalan dan jembatan untuk
memasuki lahan yang akan diolah. Pembuatan teras, jalan, dan jembatan
tidak dibahas dalam modul ini.
2. Vegetasi (tanaman yang tumbuh di lahan)
Batang tanaman dan
sisa tanaman yang cukup besar akan menghambat implemen masuk ke dalam
tanah, sehingga hasil pengolahan tidak efektif. Batang tanaman yang
lentur tetapi kuat (liat) akan tergulung oleh putaran mesin rotari,
sehingga akan menambah beban dan dapat merusak mesin. Akar tanaman yang
kuat (liat) dan saling berhubungan akan mengikat tanah sehingga susah
untuk diolah. Vegetasi yang sekiranya mengganggu harus dipindahkan dari
lahan atau dihancurkan. Vgtasi tersebut bisa dibabat dengan parang/arit.
Sekarang sudah ada mesin pemotong yang digerakkan oleh traktor. Namun
cara pengoperasiannya tidak dibahas pada modul ini.
3. Bebatuan
Bebatuan yang besar
dan keras, apabila tertabrak oleh implemen, dapat merusak implemen. Mata
bajak singkal atau piringan dapat pecah, sedang pisau mesin rotari
dapat patah. Batu-batu yang besar harus disingkirkan terlebih dahulu
dari lahan sebelum diolah, dengan cara dicongkel dengan linggis atau
digali dengan cangkul. Batu yang telah tergali dapat diangkat untuk
disingkirkan ke tepi lahan. Sedang batu-batu yang kecil dapat
disingkirkan setelah lahan diolah.
4. Kadar air tanah
Kondisi kadar air
tanah akan mempengaruhi sifat dari tanah itu sendiri. Pada tanah yang
terlalu kering, tanah akan sangat keras dan padat. Apabila diolah, akan
memerlukan implemen yang kuat dan daya tarik traktor yang sangat besar.
Sehingga pengolahan akan tidak efisien. Tanah hasil olahan berfariasi
dari bongkahan besar sampai tanah yang hancur. Selain itu juga
menimbulkan debu yang berterbangan.
Apabila tanah
dibasahi, tanah akan melunak. Hal ini ditandai dengan berubahnya warna
tanah menjadi lebih gelap. Namun apabila tanah diambil dan
digulung-gulung tidak liat dan tidak lengket, namun remah (pecah-pecah).
Kondisi ini cocok untuk dilakukan pengolahan tanah. Pengolahan pada
kondisi ini sering dinamakan pengolahan tanah kering.
Apabila tanah dibasahi lagi, tanah akan liat dan lengket. Apabila diolah, akan lengket di implemen dan roda traktor.
Hasil pengolahan
tidak akan sempurna (tidak efektif). Sementara putaran roda traktor
mudah slip. Tanah dalam kondisi ini, kemampuan menyangganya sangat
rendah, sehingga traktor yang memasuki lahan, rodanya akan masuk ke
dalam tanah.
Apabila tanah lebih
dibasahi lagi, tanah akan menjadi lumpur. Tanah tidak akan lengket lagi
namun dapat mengalir. Kondisi ini juga cocok untuk dilakukan pengolahan
tanah. Pengolahan pada kondisi ini sering dinamakan pengolahan tanah
basah.
C. Faktor Penghambat Pengolahan Tanah Secara Mekanis
Faktor-faktor tersebut diantaranya, adalah:
1) Faktor Teknis
Penggunaan traktor di lapangan untuk
pengolahan tanah terlihat bahwa masih banyaknya sisa tunggul pada
petakan olahan dapat menghambat penggunaan alat pengolahan tanah,
sehingga dapat menurunkan kapasitas dan efisiensi kerja alat. Akibatnya
dapat menyebabkan menurunnya pendapatan dari penggunaan traktor. Selain
itu ketersediaan sukucadang juga menjadi faktor penghambat.
2) Faktor ekonomi
Kemampuan daya beli alat mesin pertanian
mempengaruhi pengembangan pengolahan tanah secara mekanis khususnya
para petani di pedesaan.
3) Faktor Sumber Daya Manusia
Penggunaan alat/mesin pertanian biasanya
menuntut pengetahuan dan keterampilan. Begitu pula dengan penggunaan
alat pengolahan tanah. Tingkat pendidikan petani di Indonesia pada
umumnya masih rendah.sumber: ideelok
No comments:
Post a Comment