Thursday, 10 October 2013
Sunday, 26 May 2013
JENIS-JENIS SUMBER TENAGA PERTANIAN
Ada dua cara penggunaan tenaga di bidang
pertanian yaitu tenaga untuk menarik beban dan tenaga untuk memutar.
Pekerjaan menarik antara lain pengolahan tanah, penanaman, penyiangan,
panen dan menarik trailer. Sedangkan pekerjaan memotar antara lain
memompa air, perontokan, dan menggerakkan mesin pengolahan hasil
pertanian lainnya.
Sumber tenaga yang penting di bidang pertanian adalah:
1. Manusia
Manusia dapat merubah energi makanan yang dicernanya
menjadi kerja mekanis. Dalam hal ini manusia berfungsi sebagai motor dan
hasil kerja mekanisnya dapat digunakan dalam berbagai bentuk, baik
untuk menarik atau mendorong beban ataupun memutar engkol dan
sebagainya. Seorang manusia mampu mengangkat berat sampai dua kali berat
badannya, sedangkan kemampuan tarik hanya sekitar 80 sampai 90% dari
berat badannya.
2. Hewan
Tenaga hewan merupakan sumber tenaga yang memegang
peranan penting di bidang pertanian khususnya untuk negara yang sedang
berkembang. Tenaga ternak pada umumnya digunakan untuk pekerjaan menarik
beban dan kurang sesuai untuk pekerjaan stasioner. Seekor kuda dapat
menarik beban 1/10 dari berat badannya secara terus menerus dengan
kecepatan 3.75 km/jam tanpa terlalu lelah.
Klik disini untuk video
3. Angin
Tenaga angin relatif terbatas penggunaanya karena
susah untuk dikontrol dan sering tidak tersedia pada saat-saat
dibutuhkan. Sejauh ini penggunaan tenaga angin di bidang pertanian
terbatas pada pemompaan air dengan kincir angin. Besarnya tenaga yang
dihasilkan oleh angin tergantung dari kecepatan angin dan diameter
kincir yang digunakan.
4. Air
Tenaga air merupakan sumber tenaga yang populer
digunakan khususnya pada daerah aliran air di daerah-daerah yang
berbukit atau bergunung dimana terdapat aliran-aliran terjal. Besarnya
tenaga yang dapat dihasilkan tergantung dari debit air yang mengalir dan
tinggi jatuhnya air.
Penggunaan tenaga listrik di bidang pertanian semakin
populer dengan sudah tersedianya listrik sampai ke perdesaan. Tenaga
listrik dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti penerangan,
pemanasan, pendinginan, menggerakkan motor listrik untuk mesin-mesin
pengolahan dan lain-lain.
sumber. ipb.ac.id
Friday, 10 May 2013
EFISIENSI PENGELOLAAN KEBUN SAWIT DENGAN MEKANISASI
Mengelola perkebunan kelapa sawit harus dilakukan dengan praktik
budidaya terbaik. Supaya hasil terbaik didapatkan, diperlukan pemahaman
menyeluruh mengenai aspek yang akan dikerjakan. Pengerjaan dilakukan
berdasarkan urutan proses yang dilakukan, dengan waktu kerja minimal dan
biaya paling efisien.
Mekanisasi menjadi cara paling muktahir untuk mengelola perkebunan kelapa sawit supaya efektif dan efisien. Pasalnya, keberadaan perkebunan kelapa sawit masih terbilang minim teknologi. Pengelolaannya, relatif masih terbilang ala kadarnya, dimana proses kerja manual sebagian besar masih dilakukan.
Beberapa pekerjaan di perkebunan kelapa sawit seperti pemupukan, pemanenan dan penggalian untuk irigasi dan land aplication, sering kali masih dilakukan secara manual. Padahal, proses pengerjaan manual cenderung membutuhkan waktu lebih panjang dan kualitas hasil yang terkadang kurang memuaskan.
Kelebihan beban yang didapat dari pengerjaan manual, antara lain; membutuhkan biaya besar, kesukaran pengawasan, produktivitas hasil kerja yang rendah, minimnya tenaga kerja ketika panen raya dan sebagainya.
Keberadaan pupuk dalam proses pemupukan, keberadaan Tandan Buah Segar (TBS) pada proses pemanenan dan waktu serta biaya proses pengerjaan, seringkali menjadi persoalan pengerjaan secara manual. Pasalnya, pekerjaan yang dilakukan manual, seringkali menimbulkan dampak yang berakibat tidak maksimalnya hasil pekerjaan.
Pekerjaan manual bisa dipantau dengan melakukan tes pengerjaan secara mekanisasi. Berawal dari survey dan analisa yang wajib dilakukan, bertujuan mengetahui kondisi lapangan tempat bekerja. Lantas, keberadaan lokasi tanah, topography, infrastruktur, cuaca, keberadaan data keuangan seperti biaya dan harga yang dikeluarkan, fasilitas penunjang, dan berbagai aspek sosial, juga perlu dicermati. Biasanya, mekanisasi paling direkomendasikan kepada perkebunan kelapa sawit yang memiliki lahan datar, sehingga dapat memudahkan perpindahan alat.
Apabila survey sudah dilakukan, maka persiapan mesin dan perlengkapan, infrastruktur penunjang yang dibutuhkan dan metode pengerjaan juga harus dipersiapkan. Lantaran, persiapan harus berdasarkan kesesuaian dengan hasil survey yang telah didapat. Aplikasi dari hasil survey dan persiapan yang akan dilakukan, perlu dilakukan pelatihan tenaga kerja terlebih dahulu, sebelum dilakukan uji coba pengerjaan.
Usai melakukan uji coba, maka diperlukan evaluasi hasil kerja secara seksama. Evaluasi sangat diperlukan guna melihat sejauh mana hasil yang akan didapat saat pengerjaan, dibandingkan perencanaan yang sudah dipersiapkan. Apabila masih ada kekurangan, maka diperlukan perbaikan metode kerja dan dilakukan uji coba kembali. Tolok ukur keberhasilan uji coba di lapangan, jika mendapatkan hasil pekerjaan yang maksimal. Apabila secara kuantitatif dan kualitatif memenuhi target yang diinginkan, maka bersama manajemen harus segera menetapkan Standar Operation Procedure (SOP), supaya dapat dilakukan secara berkesinambungan dengan kemampuan pekerja yang terlatih.
Selanjutnya akan dibahas mengenai mekanisasi seputar pemupukan, pemanenan dan penggalian untuk irigasi dan land aplication, serta pemeliharaannya.
Perbaikan tata kelola air dilaksanakan dengan mengembangkan daerah resapan air dan menyiapkan drainase untuk mengurangi terjadinya banjir selama musim hujan dan menjaga ketersediaan air selama musim hujan. Pengelolaan tanah bertujuan untuk meningkatkan struktur dan tingkat kesuburan tanah. Perbaikan dalam sistem penyerbukan bertujuan meningkatkan kualitas proses pembentukan buah sehingga menghasilkan lebih banyak tandan buah segar (TBS). Penelitian dua aspek ini seperti penggunaan serangga penyerbuk Elaidobius Kamerunicus.
Dalam jangka panjang investasi dalam penelitian
dan pengembangan akan diperbanyak supaya mampu menghasilkan bibit sendiri yang
berkualitas dan menyediakan solusi teknis atas masalah perkebunan seperti
pengendalian hama terpadu dan lan sebagainya.
sumber:
bumn.go.id
Mekanisasi menjadi cara paling muktahir untuk mengelola perkebunan kelapa sawit supaya efektif dan efisien. Pasalnya, keberadaan perkebunan kelapa sawit masih terbilang minim teknologi. Pengelolaannya, relatif masih terbilang ala kadarnya, dimana proses kerja manual sebagian besar masih dilakukan.
Beberapa pekerjaan di perkebunan kelapa sawit seperti pemupukan, pemanenan dan penggalian untuk irigasi dan land aplication, sering kali masih dilakukan secara manual. Padahal, proses pengerjaan manual cenderung membutuhkan waktu lebih panjang dan kualitas hasil yang terkadang kurang memuaskan.
Kelebihan beban yang didapat dari pengerjaan manual, antara lain; membutuhkan biaya besar, kesukaran pengawasan, produktivitas hasil kerja yang rendah, minimnya tenaga kerja ketika panen raya dan sebagainya.
Keberadaan pupuk dalam proses pemupukan, keberadaan Tandan Buah Segar (TBS) pada proses pemanenan dan waktu serta biaya proses pengerjaan, seringkali menjadi persoalan pengerjaan secara manual. Pasalnya, pekerjaan yang dilakukan manual, seringkali menimbulkan dampak yang berakibat tidak maksimalnya hasil pekerjaan.
Pekerjaan manual bisa dipantau dengan melakukan tes pengerjaan secara mekanisasi. Berawal dari survey dan analisa yang wajib dilakukan, bertujuan mengetahui kondisi lapangan tempat bekerja. Lantas, keberadaan lokasi tanah, topography, infrastruktur, cuaca, keberadaan data keuangan seperti biaya dan harga yang dikeluarkan, fasilitas penunjang, dan berbagai aspek sosial, juga perlu dicermati. Biasanya, mekanisasi paling direkomendasikan kepada perkebunan kelapa sawit yang memiliki lahan datar, sehingga dapat memudahkan perpindahan alat.
Apabila survey sudah dilakukan, maka persiapan mesin dan perlengkapan, infrastruktur penunjang yang dibutuhkan dan metode pengerjaan juga harus dipersiapkan. Lantaran, persiapan harus berdasarkan kesesuaian dengan hasil survey yang telah didapat. Aplikasi dari hasil survey dan persiapan yang akan dilakukan, perlu dilakukan pelatihan tenaga kerja terlebih dahulu, sebelum dilakukan uji coba pengerjaan.
Usai melakukan uji coba, maka diperlukan evaluasi hasil kerja secara seksama. Evaluasi sangat diperlukan guna melihat sejauh mana hasil yang akan didapat saat pengerjaan, dibandingkan perencanaan yang sudah dipersiapkan. Apabila masih ada kekurangan, maka diperlukan perbaikan metode kerja dan dilakukan uji coba kembali. Tolok ukur keberhasilan uji coba di lapangan, jika mendapatkan hasil pekerjaan yang maksimal. Apabila secara kuantitatif dan kualitatif memenuhi target yang diinginkan, maka bersama manajemen harus segera menetapkan Standar Operation Procedure (SOP), supaya dapat dilakukan secara berkesinambungan dengan kemampuan pekerja yang terlatih.
Selanjutnya akan dibahas mengenai mekanisasi seputar pemupukan, pemanenan dan penggalian untuk irigasi dan land aplication, serta pemeliharaannya.
Program intensifikasi meliputi
mekanisasi, composting, tata kelola air, pengelolaan tanah dan penyerbukan
untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas tandan buah segar. Sebelum dilaksanakan pemupukan dilakukan analisis disetiap area untuk
menentukan dosis, waktu dan lokasi pemupukan yang paling sesuai. Aplikasi pupuk
harus dilakukan dengan tepat dan benar, sebab jika tidak merupakan pemborosan.
Pupuk merupakan komponen utama dalam biaya operasional perkebunan.
Mekanisasi pemupukan dilaksanakan di
beberapa area untuk meningkatkan efisiensi. Mekanisasi membuat pemupukan lebih
cepat dan efektif sehingga manfat pupuk pada tanaman lebih meningkat. Selain
menggunakan pupuk kimia, penggunaan pupuk organik juga diperluas. Pupuk organik
berasal dari composting tandan kosong dan limbah cair pabrik kelapa sawit.
Perbaikan tata kelola air dilaksanakan dengan mengembangkan daerah resapan air dan menyiapkan drainase untuk mengurangi terjadinya banjir selama musim hujan dan menjaga ketersediaan air selama musim hujan. Pengelolaan tanah bertujuan untuk meningkatkan struktur dan tingkat kesuburan tanah. Perbaikan dalam sistem penyerbukan bertujuan meningkatkan kualitas proses pembentukan buah sehingga menghasilkan lebih banyak tandan buah segar (TBS). Penelitian dua aspek ini seperti penggunaan serangga penyerbuk Elaidobius Kamerunicus.
sumber:
bumn.go.id
MEKANISASI DALAM PENANAMAN PADI
Proses lainnya yang cukup memerlukan biaya besar dalam budidaya tanaman padi adalah penanaman. Penanaman merupakan usaha penempatan biji atau benih di dalam tanah pada kedalaman tertentu atau menyebarkan biji di atas permukaan tanah atau menanamkan di dalam tanah untuk memperoleh perkecambahan dan tegakan yang baik. Selain membutuhkan pekerja yang cukup juga teknik penanaman akan menentukan keberhasilan budidaya. Proses penanaman memerlukan tanaga kerja sekitar 20% dari keseluruhan proses budidaya tanaman. Hal ini menunjukan sangatlah diperlukan alat tanam mekanis mengingat semakin sedikitnya tenaga yang tersedia dalam bidang pertanian.
Proses penanaman benih dengan menggunakan alat tanam, maka mekanisme kerja alat akan mempengaruhi penempatan benih di dalam tanah. Oleh karena itu, dengan adanya alat tanam padi dan alat tanam biji-bijian akan membantu para petani untuk lebih efisien dalam usaha tani tanaman budidaya untuk kebutuhan pangan manusia dihasilkan dan disiapkan dengan menggunakan tenaga otot-otot manusia. Kemudian tenaga otot hewani digunakan untuk meringankan tenaga otot manusia. Dengan ditemukannya besi, diciptakan perkakas yang selanjutnya mengurangi tenaga otot manusia. Yang disebut dengan mesin peralatan pertanian.
Petani yang memiliki lahan cukup luas seringkali menghadapi hambatan dalam setiap kegiatan budidaya karena keterbatasan sumberdaya terutama tenaga kerja di bidang pertanian serta didukung dengan masih rendahnya tingkat produktivitas tenaga kerja pertanian tersebut. Hal ini karena hampir sebagian besar tenaga kerja pertanian saat ini sudah memasuki usia non produktif sementara generasi muda lebih banyak terjun di sektor lain baik industri maupun sektor informal sebagai akibat dari rendahnya minat mereka untuk terjun langsung ke lahan pertanian, apalagi dengan sistem pertanian tradisional. Oleh karenanya keberadaan mesin pertanian dapat meningkatkan produktifitas dan efektifitas kerja.
Seiring dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang pertanian sekarang ini telah dikembangkan berbagi jenis mesin penanam yang dimaksudkan untuk membantu petani dalam memudahkan proses penanaman sehingga dapat menghasilkan kinerja efektif dan efisien dengan keuntungan yang lebih besar.
Tujuan
1. Mengetahui alat-alat penanaman dalam budidaya pertanian
2. Mengetahui bagian-bagian utama alat tanam bibit padi (transplanter) dan alat tanam biji-bijian (seeder).
3. Mengetahui prinsip kerja transplanter dan seeder.
Jenis Alat Tanam
Jenis alat/mesin penanam dapat digolongkan menjadi 3 golongan berdasarkan sumber tenaga atau tenaga penarik yang digunakan, yaitu:
1. Alat penanam dengan sumber tenaga manusia
Alat penanam dengan sumber tenaga manusia dapat pula digolongkan menjadi 2 golongan, yaitu:
• Alat penanam tradisional
Alat penanam tradisional yang umum digunakan adalah alat yang disebut tugal. Tugal merupakan alat yang paling sederhana yang dapat digerakkan dengan tangan dan cocok untuk menanam benih dengan jaraktanam lebar.
Tugal bentuknya bermacam-macam sesuai dengan modifikasi suatudaerah atau negara. Bentuk tugal di Indonesia merupakan bentuk tugal yang paling sederhana, karena pada tugal tersebut tidak terdapat bentuk mekanisme pengeluaran benih. Disini benih dimasukkan kedalam tanah secara terpisah, artinya memerlukan bantuan orang lagi.
• Alat penanam semi-mekanis
Bentuk dan macam alat penanam semi-mekanis ini juga bermacam-macam sekali. Alat-alat penanam ini cocok digunakan, baik pada tanah-tanah ringan maupun berat serta cocok untuk benih-benih berukuran besar dan kecil.
2. Alat penanam dengan sumber tenaga hewan
Alat penanam dengan sumber tenaga hewan juga banyak sekali macamnya, tergantung modifikasi suatu daerah serta jenis benih yang akan ditanam.
3. Alat penanaman berdasarkan sumber tenaga traktor
Berdasarkan cara penanaman, maka alat penanaman dengan sumber tenaga dari traktor dapat digolongkan menjadi 3 golongan, yaitu:
1. Alat penanaman sistem baris lebar
Alat baris penanaman sistem baris lebar ini telah dirancang untuk menempatkan benih-benih dalam tanah dengan jarak baris tanam satu dengan yang lain cukup lebar, sehingga akan mungkin dilakukan penyiangan dan meningkatkan efisiensi pemanenan. Alat penanam seperti ini banyak digunakan untuk tanaman seperti : jagung, kapas, sorgum, serta kacangkacangan.
Berdasarkan cara penempatan benih dalam tanah, maka alat penanam sistem baris lebar dapat dibagi 3 tipe yaitu : drill, hill-drop dan checkrow. Sedangkan untuk penempatan alat pananam pada traktor dapat dibagi 2 golongan, yaitu : trailing dan mounted.
2. Alat penanam sistem baris sempit
Alat penanam tipe ini adalah dirancang khusus untuk menanam benih-benih kecil atau rumput-rumputan dalam baris dan alur yang sempit serta kedalaman yang seragam. Karena inilah, maka pengoperasian alat-alat mekanis dalam baris kecil sekali kemungkinannya. Alat penanam sistem baris yang sempit ada yang mempunyai corong pemasukan yang hanya untuk benih saja dan adapula yang mempunyai corong yang cukup luas namun terbagi menjadi dua bagian, satu bagian menjadi tempat benih dan bagian lain menjadi tempat pupuk.
Bagian-bagian utama dari alat penanam sistem baris sempit ini adalah :
1. Kerangka
2. Roda-roda
3. Kotak benih dan pupuk
4. Pengatur pengeluaran benih
5. Saluran benih
6. Pembuka alur
7. Pengatur kedalaman
8. Penutup dan penekan alur
3. Alat penanam sistem sebar
Penanaman sistem sebar merupakan cara penanaman yang paling lama dan sederhana. Penebaran benih dengan mengunakan mesin lebih teliti dan cepat bila dibandingkan penebaran dengan tangan. Penanaman sistem sebar ini memerlukan adanya pembuka alur, maka dari itu harus disiapkan dengan pengolahan tanah yang menggunakan peralatan seperti garu piring. Dan juga sistem ini tidak memerlukan penutupan. Penutupan kemudian dapat dilakukan dengan garu paku atau yang lainnya.
Alat penanaman sistem sebar terdapat 3 sistem alat, yaitu :
1. Tipe sentrifugal atau endgate
2. Tipe pesawat terbang
3. Penebar rumput-rumputan
3. Alat penanam berdasarkan bahan tanaman yang ditanam
Alat penanaman dengan sumber bahan tanam yang digunakan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Transplanter
Transplanter merupakan alat penanam bibit dengan jumlah, kedalaman, jarak dan kondisi penanaman yang seragam. Pada penanaman padi, dapat dibedakan berdasarkan cara penyemaian dan persiapan bibit padinya. Yang pertama, yaitu mesin yang memakai bibit yang ditanam/disemai di lahan (washed root seedling). Mesin ini memiliki kelebihan yaitu dapat dipergunakan tanpa harus mengubah cara persemaian bibit yang biasa dilakukan secara tradisional sebelumnya. Namun demikian waktu yang dibutuhkan untuk mengambil bibit cukup lama, sehingga kapasitas kerja total mesin menjadi kecil. Yang kedua adalah mesin tanam yang memakai bibit yang secara khusus disemai pada kotak khusus. Mesin jenis ini mensyaratkan perubahan total dalam pembuatan bibit. Persemaian harus dilakukan pada kotak persemaian bermedia tanah, dan bibit dipelihara dengan penyiraman, pemupukan hingga pengaturan suhu.
Bila dilhat dari jenis sumber tenaga untuk menggerakkan mesin, terdapat tiga jenis mesin tanam bibit yaitu alat tanam yang dioperasikan secara manual, mesin tanam yang digerakkan oleh traktor dan mesin tanam yang memiliki sumber tenaga atau enjin sendiri.
Berdasarkan sistem pendukungnya, mesin ini dapat dibedakan menjadi yang bergerak dengan roda, dan yang bergerak dengan roda dan dilengkapai dengan papan pengapung.
Jenis mesin yang manapun dipergunakan, permukaan lahan sawah harus datar dan rata, kedalam air harus rata, demikian juga kekerasan tanah juga harus sama, karena hal ini akan memberikan kestabilan operasi. Jika tidak, akan banyak terjadi kegagala penancapan bibit, sehingga akan butuh waktu yang cukup lama untuk penyulaman secara manual.
2. Seeder
Alat penanam (seeder) berfungsi untuk meletakkan benih yang akan ditanam pada kedalaman dan jumlah tertentu dengan keseragaman yang relatif tinggi. Sebagian besar alat penanam dilengkapi dengan alat penutup tanah.
Bila benih dengan menggunakan alat tanam, maka mekanisme kerja alat akan mempengaruhi penempatan benih di dalam tanam, yaitu berpengaruh pada kedalaman tanam, jumlah benih tiap lubang, jarak antar lubang dalam baris, dan jarak antar baris. Di samping itu ada kemungkinan kerusakan benih dalam proses aliran benih dalam alat tanam. Benih tanaman yang berupa biji-bijian ada bermacam-macam, seperti kacang tanah, jagung, kedelai, kacang hijau,dll, yang masing-masing memiki bentuk, ukuran, kekuatan agronomis yang berbeda-beda. Untuk itu diperlukan alat tanam yang memiliki kekuatan tanam yang berbeda pula. Beberapa sifat fisis benih yang mempengaruhi alat tanam, yaitu ukuran, bentuk, keseragaman bentukdan ukuran, density per satuan volume, dan tekanan terhadap tekanan dan gesekan. Penebaran benih dan pola pertanaman dengan alat penanam (seeder) ini dapat digolongkan menjadi 5 macam diantaranya :
a) Broadcasting (benih disebar pada permukaan tanah)
b) Drill seedling (benih dijatuhkan secara random dan diletakkan pada kedalaman tertentu dalam alur sehingga diperoleh jalur tanaman tertentu).
c) Pesicion drilling (benih ditanam secara tunggal dengan interval yang sama dengan alur)
d) Hill dropping (kelompok benih dijatuhkan secara random dengan interval yang hampir sama dengan alur)
e) Chezktow planting (benih diletakkan pada tempat tertentu sehingga diperoleh lajur tanaman dengan dua arah yang sama)
Mesin atau peralatan yang digunakan sebagai penanaman benih adalah sebagai berikut :
1). Mesin tanam sebar (broadcast seeder)
Pada alat ini penjatahan benih dari hoper melalui satu lubang variabel (variable orifice). Suatu agitator ditempatkan diatas lubang variabel tersebut untuk mencegah macet karena benih-benih saling mengunci (seed bridging), juga agar aliran benih dapat kontinyu.
Kadang-kadang suatu roda bercoak (fluted wheel) digunakan sebagai penjatah benih. Benih hasil penjatahan ini kemudian dijatuhkan pada piringan yang berputar. Karena bentuk dari piringan ini, benih tersebut akan dipercepat dan dilempar mendatar karena adanya gaya sentrifugal. Lebar sebaran tergantung pada diameter piringan, bentuk penghalang, dan desitas dari benih. Dua buah disk berputar dengan arah putaran yang berlawanan (counter disk spinning) dapat dipergunakan agar jangkauan sebaran lebih lebar.
Laju benih dikontrol dari ukuran bukaan, kecepatan maju traktor, lebar sebaran. Centrifugal spreader merupakan alat yang cukup fleksibel karena dapat dipergunakan untuk menyebar benih, pupuk, pestisida dan material lain yang berupa butiran. Setelah operasi tanam sebar kemudian dilakukan operasi pengolahan tanah kedua untuk menutup benih dengan tanah.
2) Mesin tanam acak dalam lajur (drill seeder)
Mesin tanam benih secara acak dalam lajur, biasanya pada setiap alur tanam, benih dijatah dari hoper oleh suatu silinder bercoak yang digerakkan dengan roda tanah (ground wheel). Jumlah benih per satuan waktu atau laju benih dikontrol melalui lebar bukaan yang dapat diatur. Benih tersebut melewati tabung penyalur benih jatuh secara gravitasi ke lubang tanam yang dibuat oleh pembuka alur, bisa berupa disk atau bentuk lain.
Umumnya jarak antar benih berkisar antara 150 – 400 mm. Metoda penutupan benih dapat dilakukan dengan rantai tarik, yang ditempatkan dibelakang pembuka alur (furrow opener). Setelah benih tertutup tanah, maka tanah diatas dan disamping benih tersebut akan diperkeras menggunakan roda tekan.
Jenis-jenis pembuka alur dan roda tekan.
3) Mesin tanam presisi dalam lajur (precision seeder)
Mesin tanam presisi (memberikan penempatan yang tepat dari setiap benih pada interval yang sama dalam setiap alur tanam. Jarak antar alur tanam atau sering juga disebut jarak antar barisan, umumnya dibuat cukup lebar untuk keperluan penyiangan. Mesin tanam presisi tersedia dalam bermacam-macam variasi. Dimana sumber tenaga tarik yang digunakan dapat menggunakan orang, hewan, traktor roda-2 maupun trator 4-roda. Secara umum ada 4 bagian utama yang selalu ada dalam alat tanam presisi, yaitu 1) pembuka alur (furrow opener) untuk mengontrol kedalaman tanam, 2) penjatah benih (metering seed) untuk menjaga interval jarak benih dalam alur dapat seragam, 3) penutup alur, untuk menutup alur tanam, dan 4) roda tekan (pressing wheel), untuk memadatkan tanah disekitar benih agar kontak antara benih dan tanah cukup baik.
2.2 Bagian-Bagian Alat Tanam
1. Alat penanam dengan sumber tenaga manusia
a. Alat penanam tradisional
Bagian-bagian utama dari tugal menurut fungsinya adalah sebagai berikut :
• Tangkai pegangan
• Tempat atau kotak benih
• Saluran benih
• Pengatur pengeluaran benih
b. Alat penanam semi-mekanis
Bagian-bagian utama dari alat penanam tipe ini adalah :
• Tangkai pendorong
• Roda depan
• Kotak benih
• Pengaturan pengeluaran benih
• Saluran benih
• Pembuka alur
• Penutup alur
• Roda belakang
2. Alat penanam dengan sumber tenaga hewan
Bagian-bagian alat penanaman sederhana ini adalah :
• Batang tarik
• Batang pengendali
• Pembuka alur
• Corong benih
• Saluran benih
3. Alat penanam dengan sumber tenaga traktor
1. Alat penanaman sistem baris lebar
• Pembuka alur
• Corong benih
2. Alat penanaman sistem baris sempit
Bagian-bagian utama dari alat penanam sistem baris sempit ini adalah :
• Kerangka
• Roda-roda
• Kotak benih dan pupuk
• Pengatur pengeluaran benih
• Saluran benih
• Pembuka alur
• Pengatur kedalaman
• Penutup dan penekan alur
3. Alat penanaman sistem sebar
• Kerangka
• Roda-roda
• Kotak benih dan pupuk
• Pengatur pengeluaran benih
• Saluran benih
• Pembuka alur
• Pengatur kedalaman
2.3 Prinsip Kerja Alat Tanam
1. Alat penanam dengan sumber tenaga manusia
a. Alat penanam tradisional
Prinsip kerja tugal ini adalah jika ujung tugal ditancapkan atau dimasukkan kedalam tanah, maka tekanan ini akan menyebabkan terbukanya mekanisme pengatur pengeluaran benih sehingga dengan sendirinya benih-benih akan jatuh kedalam tanah.
b. Alat penanam semi-mekanis
Tugal semi mekanis yang menggunakan pegas pada saat mata tugal masuk kedalam tanah. Pengatur pengeluaran benih tertekan keatas oleh permukaan tanah. Kemudian mendorong tangkai pegas, sehingga lubang benih terbuka dan benih pun terjatuh ke bawah yang dibuat oleh mata tugal. Selanjutnya pada saat tugal diangkat dari permukaan tanah, benih kembali pada posisi semula karena kerja dari pegas, dan gerakan ini menutup lubang jatuhnya benih.
Mekanisme penjatuhan benih berlangsung dengan putaran roda dengan melalui batang penghubung antara penutup/pembuka lubang jatuhnya benih dengan lempengan pengungkit dipusat roda depan.
Alat penanaman semi-mekanis jenis lain adalah yang ditarik tenaga manusia, sebagai contoh alat penanaman pada desain IRRI dengan jumlah jalur 6. Mekanisme penjatuhan padi dengan alat tersebut juga menggunakan putaran roda dimana putaran ini memutar lempeng penjatuh benih melalui sumbu selebar alat. Syarat-syarat penggunaan jenis alat ini adalah keadaan tanah sawah harus ”macek-macek” dan benih gabahnya harus direndam dulu selama 2 kali 24 jam.
2. Alat penanam dengan sumber tenaga hewan
Alat penanam tipe ini yang paling sederhana adalah tipe yang hanya mempunyai satu atau dua buah jalur dengan pemasukan benih dilakukan secara terpisah, artinya benih dijatuhkan oleh operator melalui corong pemasukan terus melalui saluran benih yang kemudian sampai dan masuk kedalam tanah. Alat penanaman dibuat dari logam kecuali corong pemasukan dan saluran benih. Kedalaman dan jarak tanam dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.
3. Alat penanam dengan sumber tenaga traktor
a. Alat penanaman sistem baris lebar
Berdasarkan cara penempatan benih dalam tanah, maka alat penanam sistem baris lebar dapat dibagi 3 tipe yaitu : drill, hill-drop dan checkrow. Sedangkan untuk penempatan alat pananam pada traktor dapat dibagi 2 golongan, yaitu : trailing dan mounted.
b. Alat penanaman sistem baris sempit
Penanaman sistem baris sempit ini hamper sama dengan system baris lembar yang bebeda hanya pada jarak antar benih sempit.
c. Alat penanaman sistem sebar
Penanaman sistem sebar ini memerlukan adanya pembuka alur, maka dari itu harus disiapkan dengan pengolahan tanah yang menggunakan peralatan seperti garu piring. Dan juga sistem ini tidak memerlukan penutupan. Penutupan kemudian dapat dilakukan dengan garu paku atau yang lainnya. Alat penanaman sistem sebar terdapat 3 sistem alat, yaitu :tipe sentrifugal atau endgate, tipe pesawat terbang dan penebar rumput-rumputan.
Kesimpulan
Penerapan teknologi alat tanam di ini dapat membantu para petani untuk menanam benih, seperti: jagung, kacang ijo, kedelai, kacang tanah, dan lain-lain. Dengan adanya alat tanam maka akan mempermudah dalam penanaman dengan waktu yang relatif singkat.
Dengan demikian alat tanam benih yaitu seperangkat Seed Table ini merupakan salah satu alat yang patut dikembangkan untuk meningkatkan produktivitas tanaman berdasarkan pada efesiensi penanaman, kapasitas penanaman, desain yang fleksibel, kemudian operasional, ketepatan penanaman dan kemudahan untuk diadopsi oleh pengusaha alat dan mesin pertanian. Selain itu alat tanam ini sudah dapat menjawab permasalahan yang telah dihadapi petani dalam proses penanaman benih.
bahan bacaan:
hadiyanti1992
PENERAPAN MEKANISASI YANG PALING EFISIEN
Makalah ini menjelaskan sebuah studi pada desain konseptual dan pengembangan
sistem seleksi mekanisasi yang paling efisien untuk perkebunan kelapa
sawit dengan pola tanam alternative yang dilakukan oleh berbagai
ekstrapolasi pola tanam berdasarkan pola yang ada dan membandingkan
dengan
Pola penanaman memainkan peran penting dalam produktivitas keseluruhan dari kelapa sawit.
Penanaman harus dibagi menjadi blok yang sama besar dengan batas-batas langsung untuk memungkinkan kemudahan operasi di lapang, dan sulit dicapai di daerah perbukitan dan di daerah dekat tepi sungai. Beberapa buah perkebunan menggunakan sistem kereta api untuk mengangkut tandan buah segar (TBS), baik secara total maupun sebagian. Desain dari sistem drainase juga harus harus direncanakan dengan baik untuk memastikan tanah maksimum yang tersedia untuk budidaya sawit. Intensitas sistem drainase tergantung pada karakterisitik tanah.
Masalah kepadatan optimal untuk kelapa sawit dalam satu kompleks. Pola tanam segitiga yang ada, dimana pohon yang ditanam dalam satu baris poin pertengahan diposisikan berhadapan dari ruang antar-sawit di baris yang berdekatan. Hal ini memberikan pemanfaatan yang lebih besar dari tanah untuk nutrisi tanaman dan ruang yang tersedia dan ringan untuk pengembangan tajuk (Turner dan Gillbanks, 1974).
Jenis pola tanam yang dipelajari berbeda seperti segitiga, persegi panjang, persegi dan bahkan bentuk heksagonal, untuk menghitung penggunakan ruang yang paling efisien dan untuk menentukan dampak dari tekstur tanah serta penyerapan nutrisi dalam produksi hasil panen TBS terbaik. Pola tanam alternatif yang dibahas digabungkan dengan sistem mekanisasi untuk berbagai medan, sehingga biaya mesin, biaya operasional dan produktivitas diperkirakan bersama dengan cakupan per hektar setiap mesin. Ini kemudian diproduksi dalam template untuk manajer perkebunan akan digunakan untuk mencapai hasil yang optimal.
Berdasarkan pola tanam yang ada segitiga, ekstrapolasi dari persegi, persegi panjang dan pola tanam heksagonal berasal. Gambar 1 sampai 4 menunjukkan proyeksi jarak minimum dari 8,2 m antara pohon.
Desain konseptual
Mekanisasi penanaman dan sistem manajemen pola alternatif yang sudah dijalankan selama lebar area jaringan. Jaringan ini menghubungkan klien kelompok dengan kelompok server. Server kelompok akan diakses oleh administrator dengan hak penuh. Sistem dan database manajemen dipasang di server akan titik utama akses. Desain interface adalah proses mendefinisikan bagaimana pengguna berinteraksi dengan sistem, serta sifat input dan output yang akan menerima dan menghasilkan sistem. Sistem baru menggunakan Macromedia Dreamweaver sebagai alat untuk merancang grafis antarmuka pengguna. Tujuan utama dari desain antarmuka yang sempurna adalah untuk menyediakan komunikasi alat antara pengguna dan sistem untuk meyakinkan para manajer estate dengan akurat dan dapat diandalkan sistem.
Kombinasi mesin pola tanam segitiga menggunakan aplikasi mesin pemupuk, pengendalian gulma, dengan traktor yang ditarik tanker sprayer dari kapasitas 300-liter, pemotong bermotor sebagai pemanen, wakfoot dan mesin pemisah buah.
Mesin-mesin ini dipilih karena memiliki cakupan area yang lebih besar. Untuk kegiatan pemanenan, pemotong bermotor, juga dikenal sebagai Cantas, dipilih untuk efisiensi dan produktivitas yang tinggi dibandingkan dengan metode manual. Wakfoot terpilih sebagai koleksi mesin di lapang karena kemampuannya untuk bekerja di daerah sulit dan topografi yang bervariasi. Paket ini cocok untuk daerah datar perkebunan besar. Total biaya mesin Rp 435,3 juta dengan biaya operasional total Rp 990.000 ha-1 dengan produktivitas (kapasitas) dari 2,21 t ha-1 dan cakupan 31.34 ha per hari.
Kombinasi mesin untuk paket mesin mekanisasi untuk pola penanaman persegi seluruh operasi dipertahankan konstan seperti pada pola tanam segitiga .Total biaya mesin untuk pola tanam adalah Rp 428,1 juta, dan biaya operasional Rp 588.000 ha-1 dengan produktivitas 2,03 t ha-1 untuk cakupan 24,7 ha.
Untuk pola tanam persegi panjang, kombinasi mesin menggunakan aplikasi mesin pupuk spreader, traktor yang ditarik kapal tanker sprayer dari 300-liter kapasitas, pemotong bermotor untuk pemanenan, Wakfoot untuk pengumpulan di lapang dan pemisah buah. Total biaya mesin adalah Rp 372,3 juta, dan biaya operasional total Rp 519.000 ha-1 dengan produktivitas 1,88 t ha-1 lebih 21,9 ha per hari.
Paket mekanisasi untuk pola tanam heksagonal dengan mesin untuk operasional aplikasi pupuk dan pengendalian gulma dijaga konstan seperti dalam pola tanam segitiga. Total biaya mesin untuk ini pola tanam adalah Rp 428,1 juta, dan operasional biaya adalah Rp 618 juta ha-1 dengan produktivitas 2,08 t ha-1 dengan nilai pertanggungan dari 26 hektar per hari.
Berdasarkan simulasi di atas, paket mekanisasi paling efisien
direkomendasikan masih untuk pola tanam segitiga dengan cakupan 313,4
hektar per hari dan produktivitas 2,21 t ha-1. Berikut ini adalah pola
tanam heksagonal dengan 26 cakupan ha per hari dengan produktivitas 2,08
t ha-1. Penerapan mekanisasi yang paling efisien dengan alternatif
sistem manajemen pola tanam akan menyediakan sebuah sistem baru yang
dapat meningkatkan fungsionalitas dari praktek perkebunan pengguna saat
ini. Selain itu, pengembangan sistem ini juga secara tidak langsung
membantu pengguna akhir dalam memperoleh penilaian yang lebih baik dan
informasi mengenai paket mekanisasi yang cocok lebih cepat.
sumber:
blog.ub.ac.id
Pola penanaman memainkan peran penting dalam produktivitas keseluruhan dari kelapa sawit.
Penanaman harus dibagi menjadi blok yang sama besar dengan batas-batas langsung untuk memungkinkan kemudahan operasi di lapang, dan sulit dicapai di daerah perbukitan dan di daerah dekat tepi sungai. Beberapa buah perkebunan menggunakan sistem kereta api untuk mengangkut tandan buah segar (TBS), baik secara total maupun sebagian. Desain dari sistem drainase juga harus harus direncanakan dengan baik untuk memastikan tanah maksimum yang tersedia untuk budidaya sawit. Intensitas sistem drainase tergantung pada karakterisitik tanah.
Masalah kepadatan optimal untuk kelapa sawit dalam satu kompleks. Pola tanam segitiga yang ada, dimana pohon yang ditanam dalam satu baris poin pertengahan diposisikan berhadapan dari ruang antar-sawit di baris yang berdekatan. Hal ini memberikan pemanfaatan yang lebih besar dari tanah untuk nutrisi tanaman dan ruang yang tersedia dan ringan untuk pengembangan tajuk (Turner dan Gillbanks, 1974).
Jenis pola tanam yang dipelajari berbeda seperti segitiga, persegi panjang, persegi dan bahkan bentuk heksagonal, untuk menghitung penggunakan ruang yang paling efisien dan untuk menentukan dampak dari tekstur tanah serta penyerapan nutrisi dalam produksi hasil panen TBS terbaik. Pola tanam alternatif yang dibahas digabungkan dengan sistem mekanisasi untuk berbagai medan, sehingga biaya mesin, biaya operasional dan produktivitas diperkirakan bersama dengan cakupan per hektar setiap mesin. Ini kemudian diproduksi dalam template untuk manajer perkebunan akan digunakan untuk mencapai hasil yang optimal.
Berdasarkan pola tanam yang ada segitiga, ekstrapolasi dari persegi, persegi panjang dan pola tanam heksagonal berasal. Gambar 1 sampai 4 menunjukkan proyeksi jarak minimum dari 8,2 m antara pohon.
Desain konseptual
Mekanisasi penanaman dan sistem manajemen pola alternatif yang sudah dijalankan selama lebar area jaringan. Jaringan ini menghubungkan klien kelompok dengan kelompok server. Server kelompok akan diakses oleh administrator dengan hak penuh. Sistem dan database manajemen dipasang di server akan titik utama akses. Desain interface adalah proses mendefinisikan bagaimana pengguna berinteraksi dengan sistem, serta sifat input dan output yang akan menerima dan menghasilkan sistem. Sistem baru menggunakan Macromedia Dreamweaver sebagai alat untuk merancang grafis antarmuka pengguna. Tujuan utama dari desain antarmuka yang sempurna adalah untuk menyediakan komunikasi alat antara pengguna dan sistem untuk meyakinkan para manajer estate dengan akurat dan dapat diandalkan sistem.
Kombinasi mesin pola tanam segitiga menggunakan aplikasi mesin pemupuk, pengendalian gulma, dengan traktor yang ditarik tanker sprayer dari kapasitas 300-liter, pemotong bermotor sebagai pemanen, wakfoot dan mesin pemisah buah.
Mesin-mesin ini dipilih karena memiliki cakupan area yang lebih besar. Untuk kegiatan pemanenan, pemotong bermotor, juga dikenal sebagai Cantas, dipilih untuk efisiensi dan produktivitas yang tinggi dibandingkan dengan metode manual. Wakfoot terpilih sebagai koleksi mesin di lapang karena kemampuannya untuk bekerja di daerah sulit dan topografi yang bervariasi. Paket ini cocok untuk daerah datar perkebunan besar. Total biaya mesin Rp 435,3 juta dengan biaya operasional total Rp 990.000 ha-1 dengan produktivitas (kapasitas) dari 2,21 t ha-1 dan cakupan 31.34 ha per hari.
Kombinasi mesin untuk paket mesin mekanisasi untuk pola penanaman persegi seluruh operasi dipertahankan konstan seperti pada pola tanam segitiga .Total biaya mesin untuk pola tanam adalah Rp 428,1 juta, dan biaya operasional Rp 588.000 ha-1 dengan produktivitas 2,03 t ha-1 untuk cakupan 24,7 ha.
Untuk pola tanam persegi panjang, kombinasi mesin menggunakan aplikasi mesin pupuk spreader, traktor yang ditarik kapal tanker sprayer dari 300-liter kapasitas, pemotong bermotor untuk pemanenan, Wakfoot untuk pengumpulan di lapang dan pemisah buah. Total biaya mesin adalah Rp 372,3 juta, dan biaya operasional total Rp 519.000 ha-1 dengan produktivitas 1,88 t ha-1 lebih 21,9 ha per hari.
Paket mekanisasi untuk pola tanam heksagonal dengan mesin untuk operasional aplikasi pupuk dan pengendalian gulma dijaga konstan seperti dalam pola tanam segitiga. Total biaya mesin untuk ini pola tanam adalah Rp 428,1 juta, dan operasional biaya adalah Rp 618 juta ha-1 dengan produktivitas 2,08 t ha-1 dengan nilai pertanggungan dari 26 hektar per hari.
KESIMPULAN
sumber:
blog.ub.ac.id
PENYEBAB SULIT BERKEMBANGNYA MEKTAN DI INDONESIA
Mengapa orang desa rela
mengeluarkan uang yang terbatas untuk membeli sepeda motor baru, dan
mengapa mereka rela membeli kredit dengan DP=0 untuk hanya untuk
memiliki sepeda motor? Mengapa orang desa termasuk pertaninya bisa
membeli HP dengan harga mahal? Apakah mereka membutuhkan sepeda motor
dan HP?
Selain gengsi, karena
memang merekapun membutuhkan sepeda motor dan HP untuk kehidupan
sehari-hari. Atau karena nilai harapan yang didapatkan dengan sepeda
motor dan HP dinilai lebih tinggi dari investasi yang dikeluarkan. Nilai
harapan itu termasuk gengsi dan prestise.
Bagaimana dengan alat mesin? Relakah petani membeli alat mesin pertanian? Apakah mereka membutuhkan? Atau mereka dapat meningkatkan gengsi mereka dengan alat mesin pertanian?
Indonesia
melakukan mekanisasi lebih dulu dari Thailand dan Korea, tapi saat ini
bisa kita bandingkan perkembangan mekanisasinya.
Beberapa sebab mengapa alat mesin pertanian yang telah diciptakan banyak perguruan tinggi banyak tersendat perkembangannya.
Faktor Kelembagaan Alat Mesin Pertanian
a. Kelembagaan
yang menangani alat mesin pertanian di Indonesia sangat beragam.
Kelembagaan itu adalah Perguruan tinggi, Balai Besar Pengembangan
Mekanisasi Pertanian dan Balai pengawasan Mutu Alat Mesin Pertanian (di
bawah Deptan), BPPT Pertanian. Bahkan lembaga balai perkebunan, balai
tanaman pangan dan balai industri agro serta deperindag pun ikut-ikutan
melakukan riset dan pengembangan alat mesin pertanian. Tapi saat ini,
sudahkah seluruh kelembagaan itu berkoordinasi dengan baik? Di Indonesia
ini, hampir semua badan-badan tak berkoordinasi dengan baik. Jangan
heran kalau menurut Deptan tidak impor, tapi menurut Deperindag impor
mengenai beras. Karena selama ini lembaga-lembaga yang ada tidak
nyambung.
b. Pemasaran alat mesin pertanian diserahkan secara penuh kepada swasta.
c. Masih adakah UPJA-UPJA saat ini? UPJA banyak terbengkalai karena minimnya dana untuk operasional alat mesin pertanian.
2. Faktor Teknologi Alat Mesin Pertanian
a. Petani
masih menganggap bahwa teknologi yang diterapkan nilai keuntungannya
sama dengan teknologi tradisional yang mereka pakai selama ini, atau
bahkan teknologi alat mesin pertanian lebih memiliki tingkat keuntungan
rendah secara ekonomi karena biaya operasional yang harus dikeluarkan.
Padahal jikalau waktu yang dapat dihemat dengan alat mesin, maka petani
dapat melakukan aktivitas lainnya untuk mendapatkan pendapatan lebih.
Tetapi lahan kerja lainnya belum difasilitasi.
3. Faktor Masyarakat Petani
a. Daya
beli petani kita masih kurang. Petani lebih memilih membeli kerbau
untuk menggarap lahannya yang hanya beberapa hektar saja. Mereka lebih
menganggap kerbau yang bisa beranak lebih menguntungkan dari pada
traktor yang harus mengeluarkan biaya operasional bahan bakar, pelumas
dan perbaikan suku cadang.
b. Sudah
baik kah sistem kelompok tani kita? Hanya beberapa wilayah saja
kelompok tani kita sudah dikembangkan. Padahal ini adalah salah satu
faktor pendukung berjalannya penerapan alat mesin pertanian karena
dengan adanya kelompok tani, maka lahan pertanian akan digabungkan
secara kolektif, dan kebutuhan alat mesin pertanian dapat dipenuhi
dengan dana kolektif.
c. Petani
banyak yang tidak memiliki kemampuan untuk mengoperasikan alat mesin
karena kurangnya sosialisasi dari pihak yang bertanggungjawab.
d. Petani belum merasa membutuhkan alat mesin karena dengan sistem/metode yang mereka pakai saat ini mereka masih merasa untung.
e. Demografi
masyarakat juga mempengaruhi dan sangat mempengaruhi. Ketika tenaga
kerja masih banyak tersedia dan mereka menggantungkan hidupnya menjadi
buruh tani, maka alat mesin pertanian belum bisda diterima.
f. Pendidikan masyarakat juga mempengaruhi tingnkat pemahaman terhadap pentingnya mekanisasi pertanian.
Maka dari itu,
IMATETANI sebagai satu-satunya wadah pergerakan mahasiswa teknik
pertanian di Indonesia secara nasional baiknya melaksanakan hal-hal
berikut :
- IMATETANI segera harus melakukan pendesakan dan pengawalan kebijakan dan kinerja kelembagaan-kelembagaan yang berkepentingan dan bertanggungjawab terhadap pengembangan alat mesin pertanian.
- Medesak pemerintah agar merapihkan kelembagaan alat mesin pertanian agar tidak terjadi tumpang tindih tanggungjawab.
- Penciptaan teknologi alat mesin pertanian yang fungsional, melalui gerakan penciptaan alat mesin pertanian fungsional secara kondisi teknis wilayah oleh mahasiswa teknik pertanian di seluruh perguruan tinggi di Indonesia.
- Melakukan gerakan bersama pelatihan operasi alat mesin pertanian kepada petani di seluruh wilayah masing-masing perguruan tinggi dimana mahasiswa teknik pertanian berada.
- Menghubungkan pihak kelompok tani, bengkel tani dengan perguruan tinggi agar mendapat bimbingan dan kerjasama untuk pemeliharaan lat mesin pertanian.
- Mengkampanyekan kepada masyarakat luas tentang pengembanga alat mesin pertanian
- Membangun kesadaran kepada mahasiswa akan permasalahan alat mesin pertanian Indonesia sehingga timbulah kemauan untuk berfikir dan bertindak dari mahasiswa sebagai calon-calon pencipta dan yang akan terjun ke masyarakat.
MEKANISASI, FAKTOR PENENTU DAN PENGHAMBAT
Mekanisasi pertanian adalah Adapun tujuan kegiatan mekanisasi pertanian
adalahuntuk mengurangi kejenuhan kerja, meningkatkan ketepatan waktu, memperbaikimutu produksi, dan
meningkatkan efisiensi kerja. Untuk tenaga penggerak masinal biasanya digunakan
traktor. Fungsi traktor selainadalah sebagai
alat penarik dan penggerak alat pengolah tanah juga sebagai alatangkutan.
Mekanisasi pertanian yang tepat berperan sangat signifikan untuk peningkatkan
kualitas dan kuantitas produksi pertanian serta pengolahannya. Mekanisasi
pertanian mencakup keuntungan efisiensi, efektifitas, kualitas dan
produktifitas pertanian. Kemudian berdampak sistemik pada kesejahteraan petani
dan pemenuhan kebutuhan pangan , energi dan bahan produksi masyarakaNamun
demikian sangat ironis, di tengah menjamurnya institusi penelitian (termasuk
peneliti), pendidikan (termasuk orang terdidik), serta lembaga pemberdayaan
masyarakat di bidang mekanisasi pertanian, saat itulah pula mekanisasi
pertanian belum berkembang dan benar-benar termanfaatkan oleh masyarakat secara
optimal. Saat ini alsintan lebih banyak “diadopsi” bukan “diadaptasi”. Jika
sudah demikian, keuntungan-keuntungan di atas belum didapatkan. Lalu apa
permasalahannya? Dan bagaimana solusinya? Tidak hanya bagi pemerintah, namun
bagi akademisi/peneliti, pengusaha juga yang terpenting petani sendiri sebagai
subjek utama.
Dalam tulisan ini akan dikaji secara
komprehensif dari berbagai faktor penentu mekanisasi pertanian.
- 1. Ekonomi
Petani secara sendiri-sendiri merasa
belum mampu dalam investasi alat dan mesin pertanian (jika mereka belum merasa
sangat membutuhkannya). Akhirnya alat mesin pertanian hanya dikuasai oleh
petani kaya atau rentenir saja. Sebenarnya, dalam jangka panjang, ketika biaya
variabel dapat menurun karena efisiensi waktu dan beberapa komponen biaya
seperti tenaga kerja, ditambah dengan kenaikan pemasukan hasil penjualan karena
produktifitas naik, maka secara otomatis besarnya biaya pokok akan turun dan
pendapatan petani akan meningkat. Ini jika saja alsintan dapat digunakan.
- 2. Teknis
Hasil penelitian pada studi kasus
alat mesin perontok padi, di lapangan ditemukan banyak sekali alat mesin hasil
penyebaran proyek pemerintah yang tidak dapat digunakan karena bahannya sangat
mudah rusak. Ini dikarenakan oleh “proyektor” yang nakal alias Makelar Proyek. Proyek dilakukan asal
jalan dan menghabiskan anggran saja (sebab jika anggaran tidak habis, tahun
depan kecil kemungkinan akan diberi lagi). Akhirnya alsintan diproduksi dengan
asal-asalan. Ini jelas sangat merugikan petani.
- 3. Fungsional
Banyak data yang menyebutkan
kapasitas suatu alsintan tinggi. Studi kasus pada alat perontok padi pedal thresher
buatan Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian yang menurut data
dijelaskan kapasitas 100 kg/jam. Namun faktanya, 25 kg/jam saja sulit, dan
petani memilih menggunakan manual karena lebih mudah. Penelitian-penelitian dan
percobaan kapasitas tidak dinormalisasi terlebih dahulu. Kapasitas 100 kg
mungkin jika digunakan oleh petani yang sudah terbiasa, namun bagi yang belum
terbiasa, akan sulit. Disinilah perlunya pembiasaan penggunaan alsintan
(teknologi baru).
- 4. Ergonomi
Beberapa alsintan dirasakan petani
tidak ergonomis. Hal ini disebabkan alsintan hanya diasopsi, bukan diadaptasi.
Alsintan dari luar apalagi impor tentunya secara ergonomi belum tentu sesuai
dengan antropometri masyarakat di berbagai daerah di Indonesia. Disinilah
diperlukan adaptasi dan modifikasi alsintan agar sesuai dengan kondisi
masyarakat di setiap daerah di Indonesia.
- 5. Kesehatan dan keselamatan kerja
Pekerjaan yang tidak tersentuk aspek
kesehatan dan keselamatan adalah pertanian subsistem petani kecil.
Berbeda dengan industri non-pertanian yang sangat memperhatikan kesehatan dan
keselamatan kerja (K3). Kalaupun ada, K3 hanya dilakukan pada perusahan
pertanian level besar. Sedangkan petani kecil di lahan tidak pernah
diprioritaskan menggunakan sepatu but ketika ke lahan, menggunakan masker
ketika menyemprot pestisida, petani cenderung tak berpakaian lengkap ketika
bekerja. Padahal resiko kecelakaan kerja di lahan sangat besar. Pemerintahpun
belum menuju kea rah sana sepertinya. Jika sudah seperti ini, pertanian terus
dianggap pekerjaan yang rendahan. Padahal jika alsintan akan dikembangkan, maka
aspek K3 harus disertakan karena resiko kesehatan dan keselamatan pada saat
menggunakan alat mesin lebih besar dibandingkan manual.
- 6. Kondisi lapangan
Mekanisasi pertanian terhambat oleh
kondisi lahan petani Indonesia yang hanya 0,2 ha/orang. Kondisi ini dipersulit
lagi dengan ketidakkompakan petani dalam menanam dan masa tanam. Teringat dulu
ketika orde baru petani sangat kompak dalam menanam dan masa tanam. Padahal
jika saat inipun petani kompak dalam masa tanam, maka luasan tanah yang 0,2 ha
bisa menjadi 2-3 ha, di mana alsintan akan mudah masuk dan efisien akhirnya.
Lagi pula sebenarnya masa tanam yang serempak dapat mengurangi penyebaran hama
penyakit.
Selain luasan tanah yang sempit,
kondisi lapangan yang berbukit-bukit menyebabkan alsintan sulit masuk ke lahan.
Dari dua permasalahan tadi, solusi terbaiknya adalah adanya konsolidasi lahan.
Jika sudah seperti ini mau tidak mau petani harus mengurangi egoismenya untuk
saling “aku dan aku” (ini tanahku, terserah aku mau tanam apa dan kapan”.
- 7. Fasilitas penunjang operasi
Alsintan membutuhkan fasilitas
penunjang operasi untuk dapat digunakan dengan baik. Fasilitas itu adalah BBM,
suku cadang, perbengkelan, operator dan jalan akses transportasi alsintan. Pada
faktanya, BBM sulit didapatkan, terlebih setelah adanya PP No 09 2006 dimana
tidak diperbolehkan membeli bensin selain kendaraan bermotor. Jika ada pun BBM
di daerah pedesaan harganya sudah lebih mahal (Rp. 5500/lt bensin) dan itu pun
tidak dipastikan murni bensin. Suku cadang alsintan lebih banyak produk luar
negeri dan harus diimpor jika ada 8.
Sosial budaya
Memang di beberapa tempat sudah
menjadi budaya, masyarakat yang selalu memegang teguh tradisional dan enggan
berganti dengan teknologi baru. Disinilah pentingnya pendekatan sosial kultural
untuk mengadaptasikan teknologi. Proyek pemerintah dalam memberikan bantuan
alsintan seringkali tidak memperhatikan sosial kultural masyarakat yang menjadi
target. Disinilah pentingnya orang-orang mekanisasi juga belajar persoalan
sosial. Intinya seorang engineer juga harus berjiwa sosial.
10.
Koordinasi antar sektor
Menjadi persoalan yang tak berujung.
Setiap seminar, kita terus mempersoalkan ini. Kesimpulan diskusi, seminar
adalah selalu koordinasi, koordinasi…ya sebuah kata yang mudah diucapkan tapi
sulit direalisasikan. Fakta-faktanya adalah : 1) jangankan koordinasi antar
pihak, intra 1 pihak saja belum beres. Faktanya sebuah riset alsintan
dikembangkan oleh banyak pihak dari mulai Balai Besar Pengembangan Mekanisasi
Pertanian, Balai Besar Pengolahan Pascapanen,
Koordinasi juga terlihat ketika
kegiatan sosialisasi alsintan dilakukan. Sangat jarang sekali pengusaha yang
mau datang di seminar alsintan. Maklum, pengusaha selalu menghitung untung
ruginya. Kedepan, koordinasi ABGC harus terus dilakukan. Lembaga-lembaga
independen keteknikan pertanian memiliki potensi untuk dapat menjadi
fasilitator koordinasi antar pihak tersebut.
11.
Informasi
Sosialisasi alsintan sudah
dilakukan, namun belum optimal. Penyuluh pertanian yang saat ini ada belum
banyak diantara mereka yang memiliki wawasan alsintan. Mereka lebih banyak
kepada proses budidaya. Sosialisasi alsintan hanya sebatas di seminar. Expo,
yang jelas-jelas acara seperti itu tidak dapat leluasa diakses petani di
daerah. Maka dari itu perlu dilakukan sosialisasi yang lebih menyeluruh kepada
masyarakat luas. Disinilah peran mahasiswa, dan lembaga keteknikan pertanian
untuk dapat membantu dalam mensosialisasikan alsintan kepada masyarakat luas.
2.permasalahan mekanisasi pertanian di Indonesia
Permasalahan Mekanisasi Pertanian di Indonesia
Terdapat
sejumlah permasalahan dalam upaya pengembangan teknologi pertanian berupa alat
dan mesin pertanian (alsintan) di dalam negeri yakni:
a. sistem standarisasi, sertifikasi, dan pengujian alat dan mesin pertanian (alsintan) masih lemah,
b. pemanfaatan dan ketersediaan alat dan mesin (alsintan) masih kurang,
c. skala usaha penggunaan alat dan alsintan belum memadai,
d. dukungan perbengkelan masih lemah,
e. belum mantapnya kelembagaan alsintan,
f. belum optimalnya pengelolaan alsintan di sub sektor peternakan, dan
g. masih rendahnya partisipasi masyarakat/swasta dalam pemanfaatan dan pengembangan alsintan serta terbatasnya daya beli maupun permodalan akibat daya tukar produk pertanian yang makin menurun.
Faktor – faktor penghambat perkembangan mekanisasi pertanian di Indonesia diantaranya adalah :
• Permodalan
Umumnya petani di Indonesia mempunyai lahan yang relatif sempit dan kurang dalam permodalannya, sehingga tidak semua petani mampu untuk membeli alsin pertaian yang harganya relatif mahal.
• Kondisi Lahan
Tofogarapi lahan pertanian di Indonesia kebanyakan bergelombang dan bergunung-gunung sehinga menyulitkan untuk pengoperasian mesin-mesin pertanian,khususnya mesin prapanen
• Tenaga kerja
Tenaga kerja diIndonesia cukup melimpah/banyak. Oleh karena itu bila digantikan dengan tenaga mesin , dikhawatirkan menimbulkan dampak penganguran
• Tenaga Ahli
Kurangnya tenaga ahli yang atau orang yang kompeten dalam menangani mesin-mesin pertanian.
Mengingat hal tersebut, terutama poin nomer 3 maka perngembangan mekanisasi pertanian di Indonesia menganut azas mekanisasi pertanian selektif, yaitu mengintrodusir alat dan mesin pertanian yang disesuaikan dengan kondisi daerah setempat.
Adapun tantangan yang dihadapi dalam pengembangan teknologi alat dan mesin pertanian adalah:
(1) menyiapkan perangkat peraturan perundangundangan tentang alsintan,
(2) menumbuh kembangkan industri dan penerapan alsintan,
(3) mengembangkan kelembagaan Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) yang mandiri untuk meningkatkan efisiensi penggunaan alsintan,
(4) mengembangkan lembaga pengujian alsintan yang terakreditasi di daerah dalam rangka otonomi daerah,
(5) mengembangkan alsintan sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat, dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengembangan alsintan
a. sistem standarisasi, sertifikasi, dan pengujian alat dan mesin pertanian (alsintan) masih lemah,
b. pemanfaatan dan ketersediaan alat dan mesin (alsintan) masih kurang,
c. skala usaha penggunaan alat dan alsintan belum memadai,
d. dukungan perbengkelan masih lemah,
e. belum mantapnya kelembagaan alsintan,
f. belum optimalnya pengelolaan alsintan di sub sektor peternakan, dan
g. masih rendahnya partisipasi masyarakat/swasta dalam pemanfaatan dan pengembangan alsintan serta terbatasnya daya beli maupun permodalan akibat daya tukar produk pertanian yang makin menurun.
Faktor – faktor penghambat perkembangan mekanisasi pertanian di Indonesia diantaranya adalah :
• Permodalan
Umumnya petani di Indonesia mempunyai lahan yang relatif sempit dan kurang dalam permodalannya, sehingga tidak semua petani mampu untuk membeli alsin pertaian yang harganya relatif mahal.
• Kondisi Lahan
Tofogarapi lahan pertanian di Indonesia kebanyakan bergelombang dan bergunung-gunung sehinga menyulitkan untuk pengoperasian mesin-mesin pertanian,khususnya mesin prapanen
• Tenaga kerja
Tenaga kerja diIndonesia cukup melimpah/banyak. Oleh karena itu bila digantikan dengan tenaga mesin , dikhawatirkan menimbulkan dampak penganguran
• Tenaga Ahli
Kurangnya tenaga ahli yang atau orang yang kompeten dalam menangani mesin-mesin pertanian.
Mengingat hal tersebut, terutama poin nomer 3 maka perngembangan mekanisasi pertanian di Indonesia menganut azas mekanisasi pertanian selektif, yaitu mengintrodusir alat dan mesin pertanian yang disesuaikan dengan kondisi daerah setempat.
Adapun tantangan yang dihadapi dalam pengembangan teknologi alat dan mesin pertanian adalah:
(1) menyiapkan perangkat peraturan perundangundangan tentang alsintan,
(2) menumbuh kembangkan industri dan penerapan alsintan,
(3) mengembangkan kelembagaan Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) yang mandiri untuk meningkatkan efisiensi penggunaan alsintan,
(4) mengembangkan lembaga pengujian alsintan yang terakreditasi di daerah dalam rangka otonomi daerah,
(5) mengembangkan alsintan sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat, dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengembangan alsintan
Di dunia
ekanisasi adalah penggunaan alat modern serta
peralatan bermotor seperti bajak, garu, ridger dan juga penggunaan agro-bahan
kimia seperti insektisida, herbisida, pupuk dan benih unggul di ladang. Berikut
ini adalah masalah yang dihadapi mekanisasi pertanian.
1. Petani tidak berpendidikan dan mereka merasa
sulit untuk mengoperasikan mesin
2. Tanah sistem penguasaan mencegah kepemilikan
peternakan besar.
3. Jenis tanah tidak sesuai dengan teknik
operasional mesin.
4. Tidak ada mesin telah diciptakan secara lokal
untuk bekerja secara efektif pada tanah.
5. Puing-puing dari kliring, stumping dan log
menimbulkan hambatan bagi mekanisasi.
6. Suku cadang tidak tersedia secara lokal.
7. Ada tenaga kerja yang tidak memadai untuk
melayani alat dan mesin.
8. Sifat tanah, topografi dan lansekap yang tidak
baik untuk mekanisasi.
9. Petani terlalu miskin untuk bisa membeli mesin
mahal. Hal ini membuat mekanisasi terlalu mahal untuk berlatih.
10. Tidak ada fasilitas yang memadai untuk
perbaikan alat pertanian dan peralatan.
3.hubungan keterkaitan lahan
datar dan miring terhadap mekanisasi pertanian
4. hubungan pertumbuhan
tanaman dan alat berat
Pengolahan
tanah (tillage) akan diperlukan
ketika kondisi sifat fisik tanah kurang mendukung bagi pertumbuhan tanaman
seperti tanah yang padat, keras dan aerasi yang minim. Intensitasnya akan
tergantung pada kondisi tanah dan jenis tanaman.
Menurut Winarso (2005), pemadatan tanah, hardpans dan pembentukan lapisan keras (crusting) merupakan penyebab utama
degradasi fisik tanah. Pemadatan tanah dapat meningkatkan berat isi yang
berpengaruh pada penetrasi akar, konduktifitas hidrolik dan aerasi. Untuk
mengurangi pemadatan tanah, pengolahan tanah hingga lapisan dalam diikuti
pemberian bahan organik dapat dilakukan.
menyatakan
bahwa beberapa praktek persiapan lahan dan kegiatan merubah kondisi fisik zona
perakaran ternyata dapat menyebabkan:
1.
hilangnya lapisan atas tanah dan lapisan bahan organik
2.
terkikisnya lapisan humus dan serasah yang belum
terdekomposisi yang menyebabkan lapisan mineral tanah menjadi terbuka
3.
tercampurnya bahan organik pada permukaan tanah dengan
lapisan mineral tanah
4.
persiapan lahan secara mekanik juga dapat memusnahkan vegetasi lainnya
Selain itu
Hasibuan (2009) juga menyatakan bahwa pengolahan tanah perlu dicermati karena
bisa menimbulkan banyak masalah antara lain:
1.
rusaknya profil tanah ketika tanah diolah, maka lapisan
tanah yang kaya hara akan berpindah dan bercampur dengan lapisan tanah yang
lebih dalam. Hal ini bisa menciptakan lapisan keras yang bisa menggangu
penetrasi air dan akar ke dalam tanah
2.
perubahan pola drainase tanah
3.
rusaknya perakaran tanaman
4.
pengolahan tanah secara mekanik bisa menyebabkan
pemadatan tanah
5.
pengolahan tanah dapat merangsang perkecambahan benih
gulma
6.
pengolahan tanah menyebabkan biji gulma tersimpan di
dalam tanah yg dapat berkecambah bila tanah diolah kembali
7.
hilangnya lapisan tanah karena erosi utamanya karena air.
JENIS-JENIS TRAKTOR, PENGOPERASIAN DAN PERAWATANNYA
Traktor adalah kendaraan yang didesain spesifik
untuk keperluan fraksi tinggi pada
kecepatan rendah, atau untuk menarik trailer atau instrumen yang digunakan
dalam pertanian atau konstruksi. Istilah ini umum digunakan untuk
mendefinisikan suatu jenis kendaraan untuk pertanian. Instrumen pertanian
umumnya digerakan dengan menggunakan kendaraan ini, ditarik atau pun didorong
dan menjadi sumber utama mekanisasi pertanian. Istilah umum lainya, “unit
traktor”, yang mendefinisikan kendaraan truk semi trailer. Kata traktor diambil
dari bahasa latin, trahere yang berarti “menarik”.
Traktor dapat digunakan sebagai sumber tenaga untuk
menunjang operasi pertanian yang efektif, baik tenaga, waktu maupun biaya,
sehingga dapat menigkatkan kapasitas kerja, mengurangi biaya produksi,
meningkatkan hasil pertanian serta mengurangi kelelahan dan kebosanan dalam
bekerja.
Awalnya dipakai untuk mempersingkat penjelasan
“suatu mesin atau kendaraan yang menarik gerbang atau bajak, untuk menggantikan
istilah “mesin penarik” (trakction
engine). Di inggris, irlandia, Australia, india, spanyol, argentina, dan
jerman, kata “traktor” umumnya berarti “traktor pertanian”, dan penggunaan kata
traktor yang merujuk pada jenis kendaraan lain sangat jarang. Intrumen
pertanian bermesin pertama adalah mesin uap portabel di tahun 1800an, yaitu
mesin uap yang bisa digunakan untuk mengendalikan instrument mekanis pertanian.
Sekitar tahun 1850, mesin penarik dikembangkan dari mesin tersebut, dan
digunakan secara luas dipertanian. Traktor pertama adalah mesin bajak bermesin
uap.Traktor bisa diklasifikan sebagai
two wheel drive, atau track tractor. Traktor, kecuali trak tracktor umumnya
memiliki 4 roda dengan dua roda yang lebih besar dibelakang atau keempat roda
sama besar.
Track traktor memiliki penggerak seperti tank yang
membuatnya mampu bergerak diberbagai medan. Karena traksinya yang sangat hebat,
tracktor menjadi popular di California pada tahun 1930-an. Traktor pada awalnya
menggunakan mesin uap. Pada awal abad utama sumber tenaga traktor. Antara tahun
1900 hingga 1960, bensin menjadi bahan bakar utama, dan minyak tanah dan etanol
sebagai alternatif bahan bakar. Kebanyakan traktor tua memakai transmisi
manual. Traktor jenis ini memiliki beberapa rasio kecepatan tinggi umumnya 3
hingga 6. Kecepatan rendah umumnya dipakai di lahan pertanian sedangkan
kecepatan tinggi dipakai dijalan.
Tenaga yang diproduksi oleh mesin harus ditransmisikan
keperalatan yang diimplementasikan ke traktor untuk melakukan pekerjaan yang
dibutuhkan (menanam, memanen, membajak, dan sebagainya). Hal ini bisa dicapai
dengan drawbar atau system sambungan.
A.
Pembagian Jenis Traktor
1. Traktor dua roda
Traktor dua roda sering disebut
juga sebagai traktor tangan atau hand traktor yang mana traktor tangan ini
menggunakan motor satu silinder dengan daya 5-15 hp, bahan bakar yang digunakan
umumnya solar. Motor penggerak dipasang pada kerangka dengan 4 buah baut
pengencang. Motor dapat digeser kearah depan dan belakang untu memperoleh
keseimbangan traktor. Untuk menghidupkan traktor ini digunakan engkol.
Kerangka pada traktor tanagan berperan sebagai tempat kedudukan motor penggerak
, unit transmisi dan bagian traktor lainnya .ddaya pada motor penggerak
disalurkan melalui putaran poros engkol kekopling utama melalui sabuk V.
kopling utama meneruskan daya tersebut kesusunan roda gigi transmisi untuk
menggerakkan poros roda dan poros rotary. Disamping untuk menyalurkan daya,
unit transmisi juga berfungsi untuk mengatur keceptan traktor.
1.1. Ukuran Traktor Dua Roda Menurut Kapasitas
Berdasarkan kapasitasnya traktor
roda dua dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
Ø Traktor tangan berukuran kecil,
tenaga penggeraknya kurang dari 5 hp
Ø Traktor tangan berukuran sedang,
tenaga penggeraknya antara 5 - 7 hp
Ø Traktor tangan berukuran besar,
tenaga penggeraknya antara 7–12 hp
1.2.
Jenis Pekerjaan Yang Dapat Dilakukan Traktor Dua Roda
Umumnya digunakan pada lahan yang sempit dan banyak digunakan petani di
Indonesia, karena dapat berputar dengan tajam atau lintasan berputar yang
sempit jika dibandingkan dengan mini traktor Traktor tangan dengan daya yang
kecil dapat digunakan pada kebun yang kecil (Garden Traktor), sperti untuk
kebun sayuran orgnik dengan dengan system kelambu.
traktor
roda dua atau traktor tangan juga dapat mengolah tanah yang gembur dan dengan
kelembaban tertentu, dan disesuaikan dengan kekuatan traktor tersebut. Oleh
karena itu traktor roda dua ini dapat dioperasikan pada lahan yang lembab atau
basah dan tidak terlalau kering.
1.3.
Komponen utaman Traktor Dua Roda
Langkah pertama yang harus dipelajari untuk dapat mengoperasikan traktor
dua roda ini adalah mengenal traktor dua roda itu sendiri .Bagian-bagian utama traktor tangan
dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu:
a. Tenaga penggerak motor.
b. Kerangka dan transmisi (penerus tenaga).
c. Tuas kendali.
a.
Tenaga
penggerak motor.
Jenis tenaga penggerak yang sering dipakai adalah motor
diesel, tetapi ada juga yang menggunakan motor bensin atau minyak tanah
(kerosin). Daya yang dihasilkan kurang dari 12 Hp, dengan menggunakan satu
silinder. Motor penggerak dipasang pada kerangka dengan empat buah baut
pengencang. Lubang baut pada kerangka dibuat memanjang agar posisi motor dapat
digerakkan maju mundur. Tujuannya untuk memperoleh keseimbangan traktor dan
untuk menyesuaikan ukuran v-belt yang digunakan. Traktor akan lebih berat ke
depan apabila posisi motor digeser maju, begitu juga sebaliknya. Untuk
menghidupkan motor diesel digunakan engkol, sedangkan untuk motor bensin dan
minyak tanah menggunakan tali starter. Sebagian besar traktor menggunakan motor
diesel. Penggunaan motordiesel umumnya lebih murah baik pada saat
pengoperasiannya maupun perawatannya. Motor diesel lebih awet dibanding motor
jenis lain, asal perawatannya
dilakukan dengan baik dan benar sejak awal.
b.
Kerangka dan
transmisi (penerus tenaga)
Kerangka berfungsi sebagai
tempat kedudukan motor penggerak, transmisi dan bagian traktor lainnya. Bagian
traktor dikaitkan dengan kerangka dengan menggunakan beberapa buah baut
pengencang. Transmisi berfungsi memindahkan
tenaga/putaran dari motor penggerak ke alat lain yang bergerak. Jenis transmisi
yang digunakan ada beberapa macam, seperti : pully, belt, kopling, gigi
persneleng, rantai dan sebagainya. Tenaga dari motor berupa putaran poros
disalurkan melalui pully dan vbelt ke kopling utama. Kopling utama meneruskan
tenaga tersebut ke gigi persneleng untuk menggerakkan poros roda dan poros PTO.
Selain untuk menyalurkan tenaga, gigi persneleng juga berfungsi sebagai
pengatur kecepatan putaran poros roda dan poros PTO. Dari PTO tenaga dasalurkan
lewat gigi dan rantai ke mesin rotary.
Sebuah traktor tangan dapat
bergerak maju-mundur dengan kecepatan tertentu karena putaran poros motor
penggerak disalurkan sampai ke roda. Ada tiga jenis roda yang digunakan pada
traktor tangan, yaitu; roda ban, roda besi, roda apung (roda sangkar/cage
wheell). Roda ban berfungsi untuk transportasi.dan mengolah tanah kering.
Bentuk permukaan roda ban beralur agak dalam untuk mencegah slip. Roda ban
dapat meredam getaran, sehingga tidak merusak jalan. Roda besi digunakan untuk
pembajakan di lahan kering. Sirip pada roda besi akan menancap ke tanah,
sehingga akan mengurangi terjadinya slip pada saat menarik beban berat. Roda
apung digunakan pada saat pengolahan tanah basah. Roda apung ini ada yang
lebar, ada juga yang diameternya besar, sehingga dapat menahan beban traktor
agar tidak tenggelam dalam lumpur. Ukuran roda disesuaikan dengan spesifikasi
traktor. Besar kecilnya roda akan berpengaruh terhadap lajunya traktor.
Setiap traktor tangan biasanya
dilengkapi dengan standar depan dan standar samping. Standar samping khusus
digunakan untuk pemasangan roda. Pemasangan roda dilakukan satu persatu.
Pelepasan roda dari poros dilakukan dengan cara melepas mur-baut dan atau pena
penyambung. Setelah roda dilepas, baru
dipasang roda pengganti yang sesuai. Pemasangan roda ini tidak boleh terbalik.
Untuk roda ban, pada sisi atas ban, arah panah harus ke depan. Untuk roda besi,
sisi roda bawah harus menancap ke tanah. Untuk roda apung, sisi roda bawah
tidak boleh menancap ke tanah. Sehingga pemasangan roda tidak boleh terbalik
antara roda kiri dan kanan.
Poros roda traktor biasanya
cukup panjang dan dilengkapi dengan beberapa lubang. Poros yang panjang ini
dimaksudkan untuk menyesuaikan lebar olah implemen. Pemasangan roda yang cukup
lebar juga akan menjaga keseimbangan traktor, terutama apabila digunakan pada
lahan yang miring. Sedang lubang yang
ada di poros digunakan untuk tempat pena, sehingga menjamin roda tidak akan
slip atau lepas pada saat pengoperasian.
c. Tuas
kendali/kontrol
Tuas kendali adalah tuas-tuas
yang digunakan untuk mengendalikan jalannya traktor. Untuk mempermudah jalannya
operasional, traktor tangan ada banyak tuas kendali. Namun begitu banyaknya
tuas kendali ini akan mengakibatkan traktor menjadi lebih berat, dan harganya
lebih mahal. Untuk itu sekarang banyak diproduksi traktor yang hanya dilengkapi
dengan beberap tuas kendali. Tujuannya agar traktor menjadi ringan, dan
harganya menjadi lebih murah. Meskipun kemampuan traktor menjadi terbatas.
Tuas
kendali yang sering ada pada traktor tangan adalah sebagai berikut:
a.
Tuas persneleng utama
Tuas persneleng utama berfungsi untuk memindah
susunan gigi pada persneleng, sehingga perbandingan kecepatan putar poros motor
penggerak dan poros roda dapat diatur.Traktor tangan yang lengkap biasanya
mempunyai 6 kecepatan maju dan 2 kecepatan mundur. Kecepatan ini dapat dipilih
sesuai dengan jenis pekerjaan yang sedang dilaksanakan. Sebagai patokan awal
dapat digunakan sebagai berikut:
Ø Kecepatan
satu untuk membajak tanah dengan mesin rotary
Ø Kecepatan
dua untuk membajak tanah dengan bajak singkal/piringan
Ø Kecepatan
tiga untuk membajak tanah sawah yang tergenang
Ø Kecepatan
empat untuk berjalan di jalan biasa
Ø Kecepatan
lima dan enam untuk menarik trailer/gerobak
Ø Mundur
satu digunakan pada saat operator berjalan
Ø Mundur
dua digunakan pada saat operator naik di trailer/gerobak
b.
Tuas persneleng cepat lambat
Tuas ini tidak selalu ada.
Apabila tuas persneleng utama hanya terdiri dari 3 kecepatan maju dan 1
kecepatan mundur, biasanya traktor tangan dilengkapi dengan tuas persneleng
cepat lambat. Fungsi perneleng ini untuk memisahkan antara pekerjaan mengolah
tanah dengan pekerjaan transportasi (berjalan dan menarik trailer/gerobak).
c.
Tuas kopling utama
Tuas kopling utama berfungsi
untuk mengoperasikan kopling utama. Bila tuas dilepas pada posisi pasang/ON,
maka tenaga motor akan tersambung ke gigi persneleng. Sebaliknya apabila
ditarik ke posisi netral/bebas/OFF, maka
tenaga motor tidak disalurkan ke gigi
persneleng. Apabila ditarik lagi maka tuas kopling utama akan tersambung
dengan rem yang berada pada rumah kopling utama.
d.
Tuas persneleng mesin rotary
Tuas persneleng mesin rotary
berfungsi sebagai pengatur kecepatan putar poros PTO. Biasanya ada dua macam
kecepatan dan satu netral. Apabila hasil pengolahan yang diharapkan halus dan
gembur, maka tempatkan posisi tuas persneleng mesin rotary pada posisi cepat.
Begitu juga sebaliknya. (Kecepatan putar pisau rotary dapat juga diatur dari
posisi pemasangan rantai penghubung).
e.
Tuas persneleng kemudi
Ada dua buah tuas kopling
kemudi pada setiap traktor tangan, masing-masing ada di sebelah kanan dan kiri.
Tuas ini digunakan untuk mengoperasikan kopling kemudi (kanan dan kiri).
Apabila tuas kopling kemudi kanan ditekan, maka putaran gigi persneleng tidak
tersambung dengan poros roda kanan. Sehingga roda kanan akan berhenti, dan
traktor akan berbelok ke kiri. Begitu juga sebaliknya apabila kopling kiri
ditekan.
f.
Stang kemudi dan kemudi pembantu
Stang kemudi merupakan bagian
traktor yang digunakan untuk berpegangnya operator. Stang kemudi digunakan
untuk membantu membelokan raktor. Meskipun sudah ada tuas kopling kemudi, namun
agar berbeloknya traktor dapat lebih tajam, perlu dibantu dengan stang kemudi.
Stang kemudi juga digunakan untuk mengangkat implemen pada saat pengoperasian.
Kemudi pembantu digunakan untuk tempat bertumpu bahu operator. Maksudnya agar
menambah beban bagian belakang traktor, sehingga hasil pengolahan tanah bias
lebih dalam.
g.
Tuas gas
Tuas gas traktor dihubungkan
dengan tuas gas pada motor penggerak. Tuas ini digunakan untuk mengubah
kecepatan putaran poros motor penggerak yang sesuai dengan tenaga yang
dibutuhkan. Tuas ini juga berfungsi untuk mematikan motor traktor, apabila
posisinya ditempatkan pada posisi “STOP”.
h.
Tombol lampu dan bel
Kadang-kadang traktor
digunakan pada waktu malam hari, sehingga diperlukan penerangan. Tombol bel
diperlukan apabila traktor dijalankan di jalan raya. Dengan adanya tombol lampu
dan bel ini, motor traktor harus dilengkapi dengan kumparan sebagai sumber arus
listrik.
i.
Tuas penyangga depan
Tuas ini dihubungkan dengan
penyangga depan. Tuas ini akan menggerakkan penyangga depan. Apabila tuas
didorong akan mendorong penyangga depan turun untuk menyangga traktor. Traktor
tangan hanya mempunyai dua roda. Apabila traktor dalam keadaan berhenti
(ditinggal operator),
maka untuk menegakkan traktor diperlukan penyangga.
4.
Jenis
Alat Bantu Traktor Dua Roda
Adapun alat-alat bantu pada traktor dua roda adalah sebagai berikut :
a. Unit roda.
Ø Roda ban
Ø Roda
pengatur kedalaman bajakan
Ø Roda besi
Ø Roda
apung
b. Unit equipment
atau peralatan lainnya
Ø Bajak
singkal
Ø Bajak
rotary
Ø Gelebeg
Ø Ridger
Ø Trailer
Ø Transplanter
Ø Seed
drill
Ø Pontoon
atau pelampung.
2.
Traktor Empat Roda
Traktor ini merupakan traktor
empat roda dengan daya berrkisar 12-15Hp dimana dalam mengoperasikannya atau
mengendarai sama dengan mengendarai mobil yang dilengkapi dengan stir kemudi
sebagai pengendali arah dengan operator duduk , berbeda dengan traktor tangan
operator ikut berjalan dengan memegang handel stang. Komponen atau unit yang
digunakan hampir sama dengan raktor tangan . pada traktor empat roda dilengkapi
dengan poros PTO (Power Take Of) sehingga untuk kepentingan tertentu seperti
tenaga untuk memutar bajak rotary dapat diambilkan langsung dari putaran poros
mesin (PTO).
2.1. Ukuran Traktor Empat Roda Menurut
Kapasitas
Berdasarkan kapasitasnya traktor roda 4 dibedakan menjadi :
1) Traktor mini (
< 25 pk)
2) Traktor sedang (25
pk – 50 pk)
3) Traktor besar (
> 50 pk)
2.2. Jenis Pekerjaan Yang Dilakukan
Traktor Empat Roda
Traktor mini mempunyai tenaga
yang cukup besa sehingga traktor ini cocok digunakan pada daerah atau areal
pertanian yang luas, seperti misalnya pada areal persawahan traktor ini sangat
cocok. Jika areal persawahanya dlam maka traktor ini bisa memakai roda apung,
yang mana roda ini dapat mempermudah pekerjaan karena kemungkinan roda untuk
slip sangat sedikit.
2.3.
Komponen Utama Traktor Empat Roda
Ø Pedal rem
Ø Tumpuan
kaki
Ø Pedal
pengunci differensial
Ø Panel
instrument
Ø Radiator
Ø Motor
penggerak
Ø Saringan
udara
Ø tangki
bahan bakar
Ø tuas
pengatur gas
Ø stir
kemudi
Ø Tuas
perseneling utama
Ø Tuas
perseneling PTO
Ø Tuas
pengatur hidrolik
Ø Tempat
duduk operator
Ø Poros PTO
Ø Roda
belakang dan depan
Ø Batang
rem
Ø Tuas
perseneling
Ø Pedal
kopling
Ø Bak gigi
kemudi
Ø Motor
starter
Ø Aki
2.4.
Jenis Alat Bantu Traktor Empat Roda
Sama hal nya dengan traktor dua roda, traktor mini
memilki alat bantu sebagai berikut :
a. Unit roda.
Ø Roda ban
Ø Roda
pengatur kedalaman bajakan
Ø Roda besi
Ø Roda
apung
b. Unit equipment
atau peralatan lainnya
Ø Bajak
singkal
Ø Bajak
rotary
Ø Gelebeg
Ø Ridger
Ø Trailer
Ø Transplanter
Ø Seed
drill
Ø Pontoon
atau pelampung.
B. Cara Pengoperasian Traktor
a. Cara Mengoperasikan Traktor Roda 2
1. Memulai
menjalankan traktor tangan
a. Posisi
gas digeser sedikit lebih besar dari posisi idle.
b. Gigi
persneleng dipindah ke posisi jalan (1,2,3 atau R). Untuk menarik implemen,
jangan menggunakan gigi tinggi, agar operator tidak perlu lari
c. Untuk
menarik trailer, posisi stang kemudi diturunkan, agar tidak terjadi hentakan ke
bawah pada saat traktor mulai jalan.
d. Tuas kopling
utama dilepas dengan tangan kiri pelan-pelan agar traktor tidak meloncat pada
saat mulai jalan.
e. Khusus
untuk traktor yang menarik trailer, setelah traktor mulai jalan, stang kemudi
bisa diangkat lagi
2.
Menjalankan lurus ke depan
a. Lakukan
langkah “mulai menjalankan traktor tangan”
b.
Pada saat
traktor berjalan, kedua tangan berada padastang kemudi.
c.
Mata
memandang ke depan.
d. Gas
diperbesar dengan ibu jari kanan sesuai keinginan.
e.
Jangan
membelokkan stang kemudi
f.
Jangan
memindah posisi gigi persneleng
3.
Menghentikan traktor/parker
a. Gas
dikecilkan pada posisi idle.
b. Tuas
kopling utama ditarik pada posisi “OFF”. Lalu ditarik kembali pada posisi rem.
c.
Persneleng
dinetralkan.
d. Gas dikecilkan
4.
Mengganti gigi persneleng
a. Lakukan
langkah menghentikan traktor
b.
Posisi
kopling utama “OFF”.
c.
Pindahkan
posisi gigi persneleng.
d.
Mulai
menjalankan traktor lagi.
5.
Membelokkan traktor pada jalan datar
a. Gas
dikecilkan sebelum traktor dibelokkan.
b. Tekan
kopling kemudi kiri kalau mau belok ke kiri. Tekan kopling kemudi kanan kalau
mau belok ke kanan.
c.
Kalau
perlu tangan membantu menggeser stang kemudi.
d.
Pada saat
mulai membelok jangan terlalu ke tepi, karena untuk haluan trailer.
b. Cara
Menngoprasikan Traktor 4 Roda
1.
Memulai menjalankan traktor roda empat
a.
Lakukan
langkah menghidupkan traktor
b. Posisi
gas digeser sedikit lebih besar dari posisi idle.
c.
Tuas rem
parkir dilepas
d.
Pedal
kopling diinjak penuh
e.
Tuas
persneleng cepat lambat dibindah ke posisi “cepat” atau “lambat”
f.
Tuas
persneleng utama dipindah ke posisi jalan (1,2,3 atau R).
g.
Pedal
kopling utama dilepas pelan-pelan agar traktor tidak meloncat pada saat mulai
jalan.
2.
Menjalankan lurus ke depan
a. Lakukan
langkah “mulai menjalankan traktor roda empat”
b. Pada saat
traktor berjalan, kedua tangan berada pada kemudi. Posisi ibu jari keluar.
c.
Mata
memandang ke depan.
d. Gas
diperbesar untuk mempercepat jalannya traktor sesuai keinginan.
e.
Kedua
kaki dipindah ke landasan, jangan di pedal gas, kopling atau rem.
f.
Jangan
membelokkan stang kemudi
g. Jangan
memindah posisi gigi persneleng
3.
Menghentikan traktor
a.
Gas
dikecilkan pada posisi idle untuk mengurangi kecepatan
b.
Injak
pedal kopling sehingga posisi transmisi terlepas
c.
Injak
pedal rem, traktror akan berhenti.
d.
Persneleng
utama dan persneleng cepat lambat dinetralkan.
4.
Menjalankan lurus ke belakang.
a. Lakukan langkah “mulai
menjalankan traktor roda empat”
b. Badan
diputar ke kiri atau ke kanan sedikit untuk melihat ke belakang.
c.
Pada saat
traktor berjalan, kedua tangan berada pada kemudi.
d. Mata
memandang ke belakang.
e.
Gas
diperbesar untuk mempercepat jalannya traktor sesuai keinginan.
f.
Jangan
membelokkan stang kemudi
g.
Jangan memindah
posisi gigi persneleng
5. Mengganti gigi persneleng
a. Lakukan
langkah menghentikan traktor
b. Pindahkan
posisi gigi persneleng sesuai kecepatan yang diinginkan.
c.
Mulai menjalankan
traktor lagi.
6.
Membelokkan traktor di jalan
a.
Gas
dikecilkan sebelum traktor dibelokkan.
b.
Biarkan
setengah badan traktor melewati belokan
c.
Putar
stir kemudi ke kanan atau ke kiri
d.
Pada saat
mulai membelok jangan terlalu ke tepi, karena untuk haluan.
7.
Melewati tanjakkan
a.
Gigi
persneleng dipindah ke posisi rendah sebelum melewati tanjakkan.
b. Jalankan
traktor, lalu gas diperbesar secara pelan-pelan, untuk mencegah roda depan
terangkat
c. Tidak boleh memindah gigi
persneleng pada saat menanjak.
C. Maintanance / Perawatan Traktor Roda 2 dan
Traktor Roda 4
a).
Memeriksa mur-baut (25 jam kerja)
Semua mur-baut dan pengikat yang lain harus
diperiksa. Jika dibiarkan kendur akan mengakibatkan kerusakan yang lebih berat.
Bagian-bagian traktor akan bisa lepas atau patah.
b).
Memeriksa V-belt (25 jam kerja)
Ketegangan V-belt harus tepat. Belt yang
dipakai cukup lama akan mengembang sehingga belt akan kendur. Belt yang kendur
akan menimbulkan slip, sedang yang terlalu kencang akan mudah rusak dan
menghambat putaran mesin.
c).
Memeriksa bahan bakar
Tangki harus terisi cukup bahan bakar. Tangki yang kosong akan
mengakibatkan udara masuk ke saluran bahan bakar, sehingga traktor susah
dihidupkan. Tangki yang dibiarkan kosong pada saat traktor disimpan akan
mengakibatkan terjadinya pengembunan. Lama kelamaan air hasil pengembunan akan
semakin banyak tertampung di dalam tangki. Apabila air ini masuk ke dalam ruang
pembakaran akan dapat merusak motor. Pemeriksaan bahan bakar dapat dilihat dari
selang penduga yang berada di samping tangki bahan bakar.
d).
Memeriksa saringan bahan bakar (25 jam kerja)
Jenis traktor yang biasa digunakan adalah motor diesel. Bahan-bakar yang
masuk ke dalam ruang pembakaran harus betul-betul bersih. Bahan bakar yang
kotor akan menyumbat lubang nozel. Kotoran yang mengendap biasanya diperiksa
pada mangkuk gelas. Untuk memeriksa elemen saringan, kran bahan bakar harus
ditutup terlebih dahulu, sebelum membuka mangkuk gelas.
e).
Memeriksa saringan udara
Traktor biasa bekerja di lahan yang penuh debu, sehingga udara yang
dihisap motor relatif kotor. Saringan udara harus dalam kondisi baik, agar
dapat menyaring udara dengan sempurna. Saringan udara traktor tangan banyak
yang menggunakan tipe basah. Saringan dibuka dan diperiksa kebersihan saringan
kawat serta ketinggian permukaan dan kebersihan oli.
f).
Memeriksa sistem pendingin
Biasanya motor traktor menggunakan sistem pendingin air sebagai
pendingin, baik tipe radiator maupun kondesor. Periksa keberadaan air dan
kebersihan ram radiator.
g).
Memeriksa tuas kendali/kontrol
Seluruh tuas kendali/kontrol harus beroperasi dengan baik. Dengan
beroperasinya tuas kontrol dengan baik, operator dapat mengoperasikan dengan
baik pula. Ada beberapa tuas kontrol yang bisa diatur gerak bebasnya, seperti:
Kopling utama, rem, kopling kemudi, dan gas.
h).
Memeriksa tekanan ban
Tekanan ban harus standart (16,5 psi). Tidak boleh terlalu keras atau
kempes. Tekanan kedua ban juga harus sama.
i)
Memeriksa sistem pelumasan
Bagian-bagian yang bergesekan, perlu diberi pelumas, agar tidak timbul
gesekan dan panas. Ada beberapa bagian dari traktor tangan yang perlu dilumasi,
yaitu : Bagian dalam motor. Oli motor ditampung dalam karter, dan dapat
diperiksa dengan tongkat penduga. Cukup tidaknya dan kotor tidaknya oli perlu
diperiksa. Gigi transmisi. Sama dengan oli motor, oli gigi transmisi juga perlu
diperiksa. Kabel kopling kemudi. Periksa kondisi kawat yang ada pada kabel
kopling, jangan sampai kering atau bahkan berkarat. Agar tidak berkarat dan
lengket perlu dilumasi dengan oli SAE 30/40 Bagian lain dari traktor yang
bergesekan, seperti jari kopling dan cam/pengait kopling utama. Untuk mencegah
keausan, perlu dilumasi dengan oli SAE 30/40
j).
Memeriksa implemen
Implemen yang akan dioperasikan harus betul-betul siap. Kelengkapan
implemen perlu diperiksa. Implemen yang bergerak, perlu diberi pelumas.
k).
Persiapan peralatan tangan
Peralatan tangan yang sering dipakai, terutama yang digunakan untuk
mengoperasikan implemen, harus dibawa. Beberapa jenis traktor tangan dilengkapi
dengan bagasi tempat peralatan tangan tersebut. Tempat peralatan biasanya dibagian
atas traktor.
Sumber Referensi :
http://id.wikipedia.org/wiki/Traktor
* Diakses tanggal 13 Maret 2013
http://images.ardiawan1990.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/TtN41wooCIkAABT5jNs1/Mekanisasi%20Pertanian%20%20Pengenalan%20Trakor%20Roda%20Empat%20dan%20Traktor%20Tangan%20Serta%20Simple%20Driving.pdf?key=ardiawan1990:journal:30&nmid=501963316
* Diakses tanggal 13 Maret 2013
http://habieb-zondero.blogspot.com/2012/05/laporan-mekanisasi-pertanian.html
* Diakses tanggal 13 Maret 2013
http://id.wikipedia.org/wiki/Traktor
* Diakses tanggal 13 Maret 2013
Subscribe to:
Posts (Atom)